Google Takut Xiaomi Ancam Android

Xiaomi, Lei JunJAKARTA – Sepak terjang si ‘kutu beras’, Xiaomi, ternyata telah membuat dua raksasa – Apple dan Google – mulai ketar-ketir. Sebelumnya bos Apple, Tim Cook mengakui Xiaomi sebagai pesaing berat, kini pihak Google disebutkan mulai merasa khawatir Xiaomi akan mengancam masa depan Android.

Nama Xiaomi telah menjadi buah bibir di pasar smartphone global dalam beberapa tahun terakhir. Pabrikan smartphone asal Tiongkok ini menjadi salah satu startup teknologi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Menurut Amir Efrati dari The Information, bahwa Xiaomi bisa menjadi ancaman serius bagi bisnis Google.

Jajaran produk-produk smartphone buatan Xiaomi sangat populer di Tiongkok. Bahkan, Xiaomi hanya kalah dari Samsung sebagai produsen smartphone terbesar di Negeri Tirai Bambu itu. Tapi sebenarnya bukan hanya smartphone Xiaomi yang membuat orang-orang di Google khawatir.

Efrati mengungkapkan, bahwa beberapa karyawan Google telah mengatakan apa yang dilakukan Xiaomi bisa mengancam kelangsungan hidup Android, karena produsen ponsel Android lainnya bisa mengikuti cara Xioami menggunakan aplikasi buatan sendiri, bukan aplikasi buatan Google.

Seperti diketahui, sejatinya Xiaomi awalnya merupakan perusahaan layanan software, yang kemudian akhirnya memutuskan menjadi perusahaan hardware. Pengembangan bisnis ini dilakukan setelah ROM MIUI yang mereka kembangkan semakin populer di Tiongkok. Dari sinilah, Xiaomi memutuskan untuk membuat produk smartphone dan berbagai perangkat elektronik lainnya.

Hampir semua produk buatan Xiaomi menggunakan MIUI dan bisa saling terhubung satu sama lain. Xiaomi juga telah memiliki aplikasi yang memungkinkan penggunanya untuk mencari dan membeli barang dari toko ritel ataupun app store milik Xiaomi. Layanan tersebut memang saat ini hanya beroperasi di Tiongkok saja. Tapi layanan ini nantinya akan diperluas secara global.

Xiaomi series

Menurut Efrati, seperti dilansir Business Insider, Jumat (20/2/2015), Xiaomi tentunya tidak ingin hanya berjaya di kandangnya saja. Xiaomi telah menegaskan bahwa mereka juga ingin menghadirkan layanannya ke pasar global. Penegasan ini jelas membuat Google mulai ketar-ketir menghadapi jagoan baru dari Tiongkok itu.

Kekhawatiran terbesar Google adalah jika para produsen ponsel Android lainnya akan meniru pola bisnis yang dilakukan Xiaomi, maka cepat atau lambat layanan milik Google akan mulai ditinggalkan para vendor Android. Jika ini terjadi, tentu saja akan berimbas pada pundi-pundi pendapatan mereka.

Google sendiri telah coba mengantisipasi kemungkinan buruk itu dengan cara mewajibkan para vendor Android menempatkan aplikasi buatan Google, seperti Google Drive, Gmail, Google Maps, dll, di halaman depan smartphone Android.

Raksasa mesin pencarian ini menyadari “kelemahan Android”, karena Android menganut sistem open source yang membuatnya dapat dimodifikasi secara gratis oleh vendor yang menggunakannya. Data dari Strategy Analytics yang dilaporkan Bloomberg pada tahun 2013 menunjukkan bahwa Samsung menghasilkan lebih banyak uang dari Android, ketimbang Google.

Itulah sebabnya mengapa Google takut perusahaan seperti Xiaomi mengembangkan layanan dan aplikasi buatan sendiri. Karena mereka lebih bebas memodifikasi produk buatan mereka sendiri, tidak seperti vendor Android lainnya yang terikat dengan aturan dari Google.

Contohnya, Xiaomi tidak mengharuskan pengguna untuk melakukan sign in dengan akun Google saat pertama kali smartphone diaktifkan. Kecuali pengguna tersebut ingin mengunduh aplikasi via Google Play Store.

Sebaliknya, pengguna hanya diminta untuk membuat sebuah akun Mi baru untuk bisa mengakses layanan berbasis MIUI. Xiaomi juga tidak menempatkan aplikasi Google seperti YouTube dan Google Drive di halaman depan smartphone, seperti produsen ponsel Android lainnya. Sebaliknya, Xiaomi hanya memajang aplikasi Google di home screen sekunder.

Saat ini Xiaomi hanya menyertakan layanan Google Play Store di ponsel mereka yang dijual di luar Tiongkok, sebagai alternatif app store milik mereka bagi para pelanggannya yang berasal dari luar Tiongkok.

Google pantas khawatir, karena Xiaomi terus mengalami lonjakan pertumbuhan yang luar biasa pesat di Tiongkok dalam kurun waktu setahun terakhir. Nilai perusahaan Xiaomi saat ini mencapai USD 45 miliar, yang menjadikannya salah satu perusahaan teknologi paling berharga di dunia.

Sementara Samsung yang selama ini bisa dibilang menjadi jagoan Google dengan beberapa ponsel Android paling populer di dunia, justru mengalami lesu darah karena mengalami penurunan penjualan di tahun 2014. Galaxy S5 yang menjadi smartphone flagship andalan Samsung tidak berhasil mencatat angka penjualan yang memuaskan. Sementara smartphone Xiaomi mengalami lonjakan pertumbuhan di Tiongkok dan sejumlah negara Asia lainnya.

Kini si “kutu beras” (julukan untuk Xiaomi, red) sudah mulai mengembangkan sayapnya menjadi lebih lebar, dengan berencana masuk ke pasar Amerika Serikat, meskipun belum mencakup produk smartphone.

Tapi sudah dapat dipastikan, suatu saat produk smartphone Xiaomi akan segera masuk ke pasar AS. Dan jika hal ini terjadi, Google harus menyiapkan jurus jitu untuk menghadang laju pendekar dari Tiongkok itu.

Google telah mencoba menghadang Xiaomi dengan merilis Android One, yang akan masuk ke segmen menengah bawah, dimana Xiaomi merajalela. Namun berhasilkah Google dengan Android One? Kita lihat saja nanti. [HBS]

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI