Telset.id, Jakarta – Implementasi program Pertukaran Data Elektronik via Internet (PDE Internet) secara penuh di seluruh Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai sejak 1 Januari 2019 ditanggapi positif oleh para pelaku usaha. Khususnya importir yang tergabung dalam Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI).
Menurut Ketua GINSI BPD DKI, Capt H Subandi, pihaknya menyambut baik adanya program PDE Internet ini. Karena dinilai akan sangat membantu bagi para importir.
“Importir jadi bisa mengajukan dan submit dokumen sendiri, tanpa jasa pihak lain, sebagaimana yang terjadi selama ini,” katanya saat ditemui tim Telset.id di acara sosialisasi dan coaching clinic PDE Internet di Jakarta, Rabu (20/2/2019).
{Baca juga: Menkominfo: Internet Cepat Bisa untuk Operasi Jarak Jauh}
Program PDE Internet sendiri, seperti diungkapkan pihak Bea dan Cukai, tidak hanya bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi biaya, tetapi juga mempercepat proses bisnis, menciptakan equal treatment pada pengguna aplikasi impor dan memiliki cakupan sistem lebih luas sehingga waktu dan tempat tidak terbatas untuk melakukan pengiriman data.
Pada tahap awal, sistem yang mampu memfasilitasi pertukaran data antara pengguna jasa kepabeanan dengan DJBC di seluruh wilayah Indonesia ini telah diimplementasikan secara bertahap di 70 Kantor Pengawasan dan Pelayanan untuk memproses dokumen Pemberitahuan Impor Barang (PIB). Penerapannya secara penuh sendiri mulai berlaku sejak 1 Januari 2019.
{Baca juga: Palapa Ring akan Samakan Skema Tarif Internet di Indonesia}
Mengingat manfaat PDE internet yang sangat besar bagi pelaku usaha, Subandi optimis para importir akan mendukung pelaksanaan implementasi PDE internet ini secara keseluruhan.
“Apalagi ini juga eranya digitalisasi, eranya revolusi industri 4.0, mau tidak mau, suka tidak suka, siapapun termasuk importir wajib menguasai teknologi,” lanjutnya.
Gunakan Aplikasi Berbasis Android
Dalam kesempatan yang sama, sosialisasi lainnya terkait digitalisasi di ranah impor juga siap diberlakukan dalam pemeriksaan kontainer kosong di depo-depo, yang selama ini masih menggunakan cara manual.
“Hal tersebut, juga dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, dalam bentuk aplikasi berbasis Android,” tambah Subandi.
Aplikasi berbasis Android ini akan bekerja secara real-time, sehingga memungkinkan para pelaku usaha untuk mengecek sendiri kerusakan apa saja yang terjadi pada peti kemas. “Caranya cukup login dan masukkan nomor kontainer,” kata Muslan AR, Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Depo Kontainer Indonesia (DPP ASDEKI).
Ia melanjutkan, aplikasi ini tak hanya akan memudahkan para pelaku usaha dalam melakukan pengecekan kontainer kosong di Depo, tetapi juga mengurangi biaya atau cutting cost, yang selama ini dikeluhkan importir.
Aplikasi ini direncanakan akan diperkenalkan pada 27 Februari 2019. Jakarta akan menjadi wilayah pertama yang menerapkan sistem ini, khususnya Depo GNS, disusul 30 depo lainnya. Harapannya dalam satu atau dua bulan semua depo di Jakarta akan mulai menerapkan.