Telset.id, Jakarta – Berita palsu merupakan masalah yang berkembang pada situs sosial media seperti Facebook dan Twitter. Kedua raksasa sosial media ini juga akhirnya mengambil langkah pasti dengan bekerja sama dengan pihak lain untuk mengatasi masalah pelik ini.
Facebook dan Twitter telah bekerja sama dengan lebih dari 30 media dan perusahaan teknologi seperti New York Times, Washington Post, dan CNN untuk menangani masalah berita palsu ini pada skala yang lebih luas untuk meningkatkan kualitas informasi yang ditemukan di web.
Langkah ini juga diambil untuk memainkan peran sosial media sebagai sarana bagi para situs berita untuk terus meningkatkan kualitas dari berita yang mereka publikasikan.
Didirikan oleh Google yang didukung oleh FirstDraft, sebuah kerjasama yang baru dibentuk ini akan membuat sebuah sistem verifikasi bagi para awak media dan perusahaan sosial media untuk menjamin integritas dari berita yang dilaporkan.
Rincian tentang projek ini memang masih sedikit, namun intinya projek hasil kerja sama ini akan meningkatkan konten online untuk para pembaca berita dan pengguna situs lainnya demi membuat para “Netizens” senang dan merasa puas.
Memang, berita palsu bisa hadir dalam berbagai aspek. Salah satunya adalah ketika awak media secara tidak sengaja membuat suatu kontek yang keliru karena menggunakan bahan yang belum jelas darimana asalnya.
Kemudian mereka membagikannya lewat Twitter atau Facebook. Atau ada pihak yang tidak bertanggung jawab sengaja membuat berita palsu yang menghebohkan untuk mendapatkan penghasilan yang besar dari iklan karena banyaknya pengguna yang mengakses berita heboh tersebut.
Dalam sebuah artikel dari FirstDraft, diuraikan beberapa cara dimana situs berita palsu itu berkembang, termasuk trik yang digunakan untuk menarik perhatian. Seperti serangan teroris misalnya yang diposting beberapa kali hanya dengan mengganti nama kota yang diserang saja.
Menurut FirstDraft juga, para pembuat berita palsu ini mempublikasikan artikel pada satu atau beberapa situs web dan kemudian bergabung ke sebuah grup Facebook sesuai lokasi yang dikutip pada sebuah berita palsu tersebut. Setelah masuk ke grup tersebut, mereka akan membagikan link berita palsu kepada semua anggotanya.
Misalnya grup tersebut mayoritas tinggal di daerah A, maka orang tersebut akan membagikan link berita palsu yang berada di daerah A agar para pengguna yang memang berada di daerah A akan mengklik dan / atau membagikan link ke orang lain.
Bisa dibayangkan jika si pembuat berita ini membagikannya ke berbagai grup. Bisa dipastikan akan banyak pengguna yang telah tertipu kan? (FHP)