Telset.id, Jakarta – Dalam ajang Indonesia Economic Forum 2018, Country Manager Extramarks Indonesia, Fernando Uffie mengatakan bahwa teknologi adalah kunci pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.
Menurut Fernando Uffie, bahwa memasukan unsur teknologi dalam dunia pendidikan adalah sebuah keharusan bagi Indonesia saat ini.
Terlebih, menurut Uffie, Indonesia sebuah negara yang luas dan terdiri dari ribuan pulau. Sangat tidak mungkin jika pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dilakukan secara konvensional tanpa bantuan teknologi.
{Baca juga: Extramarks Perkenalkan “Solusi Belajar Digital” Sesuai Kurikulum}
“Wilayah yang jauh dari ibu kota membutuhkan waktu yang tidak pendek untuk menyamaratakan kualitas pendidikannya. Perlu bantuan teknologi untuk mengakselerasi nya,” kata Uffie dalam acara Economic Forum 2018, Jakarta, Rabu (21/11/2018).
Terlebih, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) melalui BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi) tengah membangun proyek Palapa Ring.
Palapa Ring adalah mega proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer. Salah satu tujuan pembangunannya adalah agar dapat dimanfaatkan oleh dunia pendidikan di Indonesia.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka education technologyatau edutech memiliki peran yang besar di dalamnya.
“Kami dari Extramarks komitmen untuk mendukung program transformasi pendidikan yang dilakukan pemerintah tersebut,” ujar Uffie.
Extramarks menyediakan solusi belajar digital 360 derajat yang menggunakan konsep terpadu dengan tiga pendekatan: Learn, Practice, Test. Konten didalamnya sudah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia dan menggunakan Bahasa Indonesia.
Solusi dari Extramarks ini sesuai kurikulum, dan bukan hanya dapat digunakan oleh siswa, tetapi juga dapat mensinergikan kebutuhan guru, sekolah bahkan orang tua siswa.
Bagi siswa, solusi belajar digital Extramarks jadi salah satu cara untuk meningkatkan minat belajar karena materi pembelajarannya telah disesuaikan dengan karakter siswa.
Yakni V.A.K (Visual, Audio, Kinesthetic), dengan tujuan untuk mempermudah siswa dalam menyerap materi pembelajaran.
Sebagai contoh, materi pelajaran visual itu diberikan dalam bentuk animasi maupun video. Untuk materi pelajaran auditory, diberikan dengan adanya suara. Sedangkan kinesthetic, materi pelajaran diberikan dengan melibatkan gerakan.
Biasanya orang yang tipe ini, merasa lebih mudah mempelajari sesuatu tidak hanya sekadar membaca buku tetapi juga mempraktikkanya.
Dengan melakukan atau menyentuh objek yang dipelajari akan memberikan pengalaman tersendiri bagi tipe kinesthetic.
Dan semua itu dimungkinkan dengan cara pelajar menggunakan perangkat digital atau secara online. Mereka juga bisa mengakses materi pembelajaran kapan dan dimanapun, dengan perangkat apapun (smartphone, komputer, tablet PC), baik secara online maupun offline.
Sementara bagi para guru, orang tua siswa dan sekolah, bisa melakukan monitoring dan berpartisipasi aktif dalam proses belajar siswa.
Dalam kesempatan itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, Ir Totok Suprayitno Ph.D juga menambahkan, bahwa dunia pendidikan Indonesia harus menyesuaikan diri dengan perkembangan.
Ia menyebutkan dunia pendidikan memasuki Revolusi Industri 4.0 atau keempat, yang bertumpu pada sistem dunia siber dan teknologi digital.
“Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan perubahan yg cepat dan sulit diprediksi. Kondisi ini menuntut setiap orang memiliki kemampuan sebagai pembelajar (learner) dan kemampuan beradaptasi pada situasi yang senantiasa berubah,” jelas Totok.
Lebih jauh Totok menjelaskan bahwa proses pembelajaran, di sekolah khususnya, harus mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan persoalan.
“Pembelajaran perlu segera bertransformasi menjadi sebuah proses learning how to learn. Berbagai inovasi dalam teknologi pembelajaran hendaknya dapat membantu guru dalam mewujudkan proses transformasi ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Chairman WANTIKNAS & Founder Berkarya!Academy, Ilham Habibie menyatakan bahwa perlunya mengadopsi teknologi agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Indonesia tidak boleh hanya menjadi konsumen saja, harus bisa unggul di negara sendiri. Teknologi adalah salah satu kunci utamanya.
Menurutnya, siswa-siswi Indonesia itu orang hebat. Hanya perlu diarahkan dengan lebih baik lagi agar siap menghadapi tantangan dari dunia luar yang juga tidak diam untuk mencetak generasi mudanya tanggap terhadap perubahan di era digital ini.
“Lima tahun itu waktu yang tidak lama. Jadi tranformasi pendidikan yang berbasis teknologi harus dilakukan dari sekarang,” ujar Ilham Habibie.
Hal tersebut diamini Ketua Umum YPI Al Azhar, Drs Sobirin HS. Menurutnya kehadiran teknologi di dunia pendidikan ini penting, karena YPI Al Azhar memiliki 198 sekolah di seluruh Indonesia
“Siswa yang jumlahnya puluhan ribu serta memiliki ratusan guru, bukan persoalan mudah dalam mengelolanya. Terlebih untuk dapat memberikan kualitas pendidikan yang sama di setiap sekolah,” ujar Sobirin
“Kami membutuhkan sistem pengajaran yang memadai. Mulai dari mengontrol, mengawasi sampai mengelolanya. Baik dari sisi sekolah, guru, murid maupun orang tua murid,” sambungnya.
Dengan kehadiran teknologi dalam pendidikan, kata Sobirin, tentu pihaknya berharap akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Al Azhar. [HBS]