JAKARTA – Memalingkan mata sejenak dari hiruk pikuk CES di Las Vegas, Amerika Serikat. Kali ini, kami akan membawa Anda ke China dan bertemu dengan ZTE, yang tahun ini dikabarkan akan fokus pada penjualan smartphone flagship yang menyasar pasar high end.
Zheng Xuezong, Executive Vice President ZTE, mengatakan dalam siaran pers-nya, (08/01/2015), mengenai rencana perusahaannya untuk lebih banyak berinvestasi pada smartphone premium.
“Beberapa tahun ke depan kami berencana untuk berinvestasi di lebih banyak smartphone premium. Hal ini merupakan bagian dari kampanye untuk meningkatkan brand awareness dan juga dapat membantu kami menjadi kompetitor yang kuat di antara Apple dan Samsung,” katanya.
Untuk itu, ZTE tidak hanya akan bermain di pasar China – untuk smartphone premium tersebut, tetapi juga akan hadir di Amerika.
“Kami berencana untuk menaikkan target penjualan di Amerika sebesar 100 persen melalui smartphone high–end ini”, tambah Zheng.
Pada tahun 2012, ZTE membuktikan kepada parlemen Amerika bahwa mereka tidak bekerja untuk pemerintah China dan tidak melakukan tindakan illegal dengan mengirimkan data pengguna smartphone kepada pemerintah negara tersebut. Ini secara tidak langsung membuktikan bahwa ZTE merupakan smartphone yang menjaga data pengguna dengan baik, tidak seperti isu merek smartphone China lainnya yang dikabarkan membocorkan data pengguna kepada pemerintah setempat.
Saat ini, ZTE menempati posisi keempat sebagai pembuat perangkat terbesar di dunia dengan jumlah pelanggan paling banyak di negara asalnya, China.
Sementara di Indonesia, meski namanya tidak bisa dibilang sangat popular, namun ZTE sedikit demi sedikit mulai menunjukkan taringnya. Tahun 2014 lalu saja, perusahaan ini meluncurkan tiga produknya sekaligus untuk meramaikan pasar smartphone Indonesia, yakni ZTE Blade Vec Pro, ZTE Blade G Lux, dan ZTE Blade G. Bedanya, jika di China ataupun di Amerika perusahaan ini memilih untuk fokus di kelas premium, di Indonesia ZTE masih lebih memilih untuk menyasar segmen menengah dan bawah. [IF]