Telset.id, Jakarta – Ketika berumur empat tahun, Tan Le, ibu, nenek, dan adiknya melarikan diri dari negara asal, Vietnam, ke Australia. Tujuannya sederhana, mencari kehidupan yang lebih baik. Setelah berpuluh-puluh tahun, apa yang terjadi pada Le?
Saat mengungsi, Tan Le, ibu, nenek, dan adiknya menghabiskan waktu lima hari menyeberangi Laut Cina Selatan menggunakan perahu bersama lebih dari 150 penumpang. Mereka lalu diselamatkan oleh kapal tanker minyak milik Inggris.
Tan Le dan keluarganya kemudian tinggal di sebuah kamp pengungsi di Malaysia selama tiga bulan. Waktu berselang, mereka akhirnya sampai juga di Australia. “Saya merasakan sesuatu yang luar biasa setiba di Australia,” ucap Le.
Menurutnya, Australia telah memberi mereka banyak pengalaman berharga. Tidak hanya dalam hal geografis, tetapi juga ruang untuk berpikir, untuk memperluas wawasan. “Kami memulai segalanya di Australia,” imbuh Le dilansir CNBC, Rabu (6/6).
Sekarang, di usia 41 tahun, Le menjabat sebagai CEO sekaligus pendiri Emotiv, perusahaan riset otak yang telah mengembangkan teknologi yang memungkinkan orang melakukan hal-hal seperti mengendalikan mobil menggunakan pikiran.
Setelah meraih gelar di Universitas Monash Melbourne dan menjalankan tugas sebagai pengacara dan wirausahawan perangkat lunak, ia mendirikan perusahaan tersebut pada 2011. Hanya dalam waktu sekira tujuh tahun, ia berhasil menciptakan aneka inovasi.
“Otak terdiri atas miliaran neuron. Ketika neuron berinteraksi satu sama lain, reaksi kimia memancarkan impuls listrik. Kami mengukur impuls listrik menggunakan headset yang Anda kenakan di kepala. Itu benar-benar tidak invasif,” ujar Le.
“Dan kemudian kami menggunakan pembelajaran mesin untuk mengukur impuls-impuls tersebut. Kami lantas menerjemahkan pola-pola itu ke dalam perintah. Anda pun bisa menyalakan lampu, mengendalikan robot, dan lain-lain, hanya dengan pikiran,” imbuhnya.
Pada 2017, Rodrigo Hubner Mendes, seorang pria quadriplegic, menggunakan teknologi buatan Emotiv untuk mengendarai mobil Formula One. Mobil tersebut dilenagkapi komputer on-board yang menerjemahkan pikiran Mendes menjadi perintah untuk laju kendaraan.
Saat duduk di dalam mobil, Mendes, yang merupakan pendiri organisasi nirlaba Institut Rodrigo Mendes, menjelaskan bahwa tim tersebut menggunakan perangkat komputer untuk memetakan listrik otak. Ppemikiran atau pola otak dikaitkan dengan berbagai perintah.
“Untuk belok kanan, saya berpikir bahwa sedang makan makanan lezat. Begitu terasa. Dan untuk berbelok ke kiri, saya berpikir sedang memegang pegangan sepeda bar. Saya takjub dan benar-benar tak percaya dengan kenyataan ini,” paparnya. [SN/IF]