Jakarta – Melemahnya nilai tukar rupiah saat ini terhadap dolar Amerika Serikat (AS), berdampak negatif terhadap industri teknologi informasi (TI) di Indonesia. Alhasil, berdampak pada semakin beratnya perusahaan, khususnya UKM, dalam membangun infrastruktur TI.
Bisnis dan investasi di bidang TI sangat berkaitan erat dengan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar, sehingga mengakibatkan nilai beli perangkat dan infrastruktur TI pun meninggi.
Imbasnya, belanja modal alias capital expenditure (Capex) yang dikeluarkan perusahaan dan usaha kecil menengah (UKM) dalam menggunakan produk TI kian membesar.
Namun menurut Adi Kusma President Director PT Supra Primatama Nusantara, penyedia layanan Biznet Networks, bahwa kondisi ini bukan tidak bisa disiasati. Teknologi cloud computing disebutnya dapat menjadi solusi bagi perusahaan dan UKM dalam menggunakan teknologi informasi.
“Dalam situasi saat ini (depresiasi rupiah), cloud computing bisa menjadi solusi dalam menekan angka Capex. Karena pembelian infrastruktur TI sangat dipengaruhi kurs dolar,” ujar Adi dalam keterangannya kepada telsetNews, Jumat (4/10).
Adi memperkirakan di masa mendatang akan semakin banyak perusahaan dan konsumen yang menggunakan layanan cloud computing. Terlebih dengan semakin banyaknya pengguna ponsel pintar dan komputer tablet di Indonesia.
Sebagian besar dari mereka akan memilih provider yang mampu mengakomodasi kebutuhan end to end, dari perangkat sampai infrastruktur. Dan yang paling penting adalah isu keamanan data user. Biznet merupakan salah satu vendor yang aktif mulai mengembangkan bisnis cloud.
Dia bahkan mengklaim Biznet Cloud merupakan pilihan yang tepat. Pasalnya, sebagai salah satu mereka memberi penambahan tools disisi firewall, untuk meningkatkan sistem keamanan.
Adapun layanan Biznet Cloud Server dengan kapasitas terendah saat ini adalah memori 1 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp 2,25 juta per bulan dan yang terbesar adalah memori 32 Gigabyte (GB) dan 100 GB storage dengan tarif Rp 14,5 juta per bulan.
“Apabila kapasitas yang diperlukan lebih besar dari yang telah disediakan, sistem Biznet Cloud dapat dikonfigurasi sesuai dengan kebutuhan pelanggan,” paparnya.
Dia mengungkapkan, sejak diluncurkan tahun 2010 jumlah pelanggan Biznet Cloud semakin bertambah jumlahnya. Beberapa diantaranya seperti Startup company, perusahaan UKM, content provider, airlines dan e-commerce mempercayakan datanya pada layanan tersebut. [HBS]