Telset.id – Bayangkan sebuah kapal perang seberat 200 ton berani menghadapi kapal induk AS yang bobotnya mencapai 10.000 ton. Bukan cerita fiksi, ini strategi nyata Angkatan Laut China (PLA Navy) di Laut China Selatan yang semakin memanas.
Laporan eksklusif dari China Central Television (CCTV) mengungkap bagaimana kapal rudal cepat Type 22 menjadi ujung tombak PLA Navy dalam mengintervensi kapal asing yang memasuki wilayah klaim China. Dalam sebuah latihan tempur, kapal berbobot 220 ton ini sukses memblokir kapal perang asing berbobot 8.000-9.000 ton dengan memanfaatkan kecepatan tinggi (50 knot) dan teknologi siluman.
Strategi David vs Goliath di Laut China Selatan
Analis militer Wang Yunfei menjelaskan kepada Global Times, Type 22 dirancang khusus untuk pertahanan pesisir dengan kemampuan serang mematikan. Meski kecil, kapal ini dilengkapi:
- 8 rudal anti-kapal YJ-83 (setara daya hancur fregat)
- Sistem senjata 30mm 6-laras
- Teknologi waterjet propulsion untuk manuver gesit
- Desain catamaran aluminium alloy yang mengurangi jejak radar
Baca Juga:
“Ini seperti pertarungan antara David dan Goliath,” kata Kapten Yang Wu dari PLA Eastern Theater Command yang memimpin operasi intercept terbaru. “Kami mengandalkan kecepatan dan elemen kejutan, bukan armor tebal.”
Eskalasi Ketegangan yang Terus Meningkat
Deploymen Type 22 terjadi bersamaan dengan peningkatan aktivitas militer AS di kawasan. Seperti dilaporkan Telset.id sebelumnya, Amerika Serikat telah memperkuat armada Pasifik-nya dengan kapal induk kelas Nimitz, sementara China merespons dengan senjata ekonomi hingga demonstrasi kekuatan militer.
Pakar geopolitik Lembaga Studi Maritim ASEAN, Dr. Linda Wijaya, memberi catatan: “Type 22 memang efektif di perairan dangkal penuh karang seperti Laut China Selatan. Tapi ini juga sinyal bahwa China sedang menguji doktrin ‘asymmetric warfare’ melawan superioritas AL AS.”
Pada peringatan 76 tahun PLA Navy 23 April lalu, China memamerkan lebih dari 30 kapal termasuk Type 22 kepada publik. Xinhua menekankan keunggulan teknologi kapal ini sebagai “kapal rudal siluman catamaran pertama dengan propulsi waterjet”.
Pertanyaan besarnya: Bisakah strategi kapal kecil vs kapal besar ini bertahan jika ketegangan berubah menjadi konflik terbuka? Jawabannya mungkin terletak pada bagaimana AS dan China memainkan kartu mereka di papan catur geopolitik yang semakin kompleks.