Telset.id, Jakarta – Lagi-lagi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bikin geger masyarakat sejagat. Kali ini Trump berkicau di Twitter, bahwa China meretas e-mail calon presiden asal Partai Demokrat, Hillary Clinton pada 2016 lalu, tanpa memberi bukti atau informasi lebih lanjut.
“E-mail Hillary Clinton, banyak di antaranya adalah informasi rahasia, diretas oleh China. Langkah selanjutnya sebaiknya dilakukan oleh FBI & DOJ atau, setelah semua kesalahan mereka yang lain (Comey, McCabe, Strzok, Page, Ohr, FISA, Dirty Dossier, dll), kredibilitas mereka akan hilang selamanya!,” ujar Trump dalam kicauannya di Twitter.
Sehari sebelumnya, Trump juga berkicau mengenai hal yang sama, yakni menuduh China meretas e-mail Hillary Clinton. Bahkan dia bercanda mengenai keterlibatan Rusia, maupun Lembaga keamanan negara seperti FBI dan Departemen Kehakiman (DOJ).
Baca juga: Lagi, Donald Trump Pancing Masalah di Twitter
“China meretas Email Server pribadi Hillary Clinton. Apakah mereka yakin itu bukan Rusia (hanya bercanda!)? Apa kemungkinan bahwa FBI dan DOJ berada dibalik ini? Sebenarnya, cerita yang sangat besar. Banyak informasi rahasia! ” kicau Trump, seperti dilansir Channel News Asia, Rabu (29/8/2018).
Para pejabat intelijen AS mengatakan Rusia mengatur peretasan pejabat Partai Demokrat di negara itu untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016.
Baca juga: Presiden Donald Trump “Paling Idiot” di Google
Seperti diketahui juga sebelumnya, pada Juli lalu Grand Jury Federal AS mendakwa 12 perwira intelijen Rusia atas tuduhan meretas jaringan komputer Clinton dan Partai Demokrat.
Penasihat Khusus Robert Mueller sedang menyelidiki peran Rusia dalam pemilu 2016 dan apakah kampanye kandidat Partai Republik Trump bersekongkol dengan Moskow.
Menanggapi tudingan tersebut, pihak Rusia sudah membantah ikut campur dalam kontestasi Pilpres AS itu. Sementara Trump membantah terdapat kolusi dalam hajatan politik besar negaranya.
Baca juga: Makin Panas, Trump Larang China Mobile Masuk Amerika
Pada April 2017, Donald Trump mengatakan bahwa China mungkin telah meretas email pejabat Partai Demokrat untuk ikut campur dalam Pilpres 2016. Dia juga tidak memberikan bukti apapun yang mendukung tuduhannya pada waktu itu. [WS/HBS]