Australia dan Perancis Joinan Kembangkan Program Luar Angkasa

Telset.id, Jakarta – Australia tak ingin ketinggalan dengan negara-negara maju lainnya dalam hal program ruang angkasa. Tak lama setelah mendirikan Lembaga Antariksa, Australia langsung tancap gas merangkul Perancis dengan menjalin kemitraan untuk memajukan pengembangan program luar angkasa masing-masing.

Australian Space Agency (ASA) dan Centre National d’Etudes Spatiales (CNES) telah menandatangani nota kesepahaman alias MoU sebagai langkah awal penggabungkan kekuatan kedua negara tersebut.

Kerjasama ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan ruang angkasa mereka, terutama di bidang operasi, sains, observasi Bumi, sistem penentuan posisi dan komunikasi.

Baca juga: Tahun Depan, Roket SpaceX Cuma Butuh 24 Jam untuk Sampai Mars

“Hubungan strategis antara lembaga antariksa pemerintah Australia dan Perancis ini akan membantu universitas, lembaga penelitian, bisnis, dan komunitas bangsa ini bekerja bersama di berbagai bidang,” ujar Menteri Industri, Sains dan Teknologi Australia, Karen Andrews.

“Ini dibangun di atas rekam jejak kerja sama antara CNES dan Australia serta memungkinkan kedua negara untuk memulai kemitraan yang ambisius,” sambung Andrews, seperti dilansir ZDNet, Senin (3/9/2018),

Sebagai bagian dari MoU tersebut, Canberra Space (lembaganya Universitas New South Wales) dan CNES telah bermitra dalam pengembangan Fasilitas Desain Bersama Nasional Australia (ANCDF) untuk pengembangan misi luar angkasa.

Selain itu, kedua pihak akan melakukan studi terhadap pengembangan teknologi satelit tingkat lanjut, sensor dan pemrosesan on-board dan intelijen.

Baca juga: Tahun 2024, Astronot NASA akan Tinggal di Bulan

Andrews mengatakan fasilitas ini akan mempercepat kemampuan Australia untuk menghadirkan teknologi ruang angkasa kelas dunia dan mendukung misi bersama kedua negara di masa depan.

Pemerintah federal mengumumkan bahwa pada tahun anggaran 2018-19 akan melakukan pembentukan Australian Space Agency dengan merogoh kocek hingga AU $ 41 juta atau setara Rp 438 miliar.

Setelah secara resmi meluncurkan inisiatif dengan pendanaan awal sebesar AU $ 15 juta atau sekitar Rp 160 miliar untuk memulai ’investasi’ pada Mei lalu, pemerintah Australia mengumumkan bahwa agensi itu akan dipimpin oleh mantan kepala CSIRO Megan Clark untuk pendirian dan tahun pertama operasinya.

Clark mengatakan penandatanganan perjanjian tersebut mewakili dimulainya perjalanan Badan Antariksa Australia dengan sesama negara-negara pengirim misi luar angkasa alias spacefaring.

“Upaya keterlibatan ruang sipil seperti ini dengan Badan Antariksa Prancis akan mengeksplorasi teknologi ruang angkasa maju dan aplikasi yang digunakan dalam pengamatan bumi dan penginderaan jarak jauh dengan balon dan satelit ketinggian tinggi, operasi ruang angkasa, dan misi bersama,” katanya.

Baca juga: Tiru NASA, Inggris akan Bangun Pusat Peluncuran Apolo

Meskipun Australian Space Agency mulai beroperasi pada 1 Juli 2018, namun untuk saat ini nampaknya mereka belum memiliki markas sendiri.

Pemerintah Federal mengharapkan lembaga itu akan mendukung pengembangan jangka panjang dan penerapan teknologi ruang angkasa, menumbuhkan industri ruang angkasa domestik Australia dan mengamankan tempat negara itu dalam ekonomi ruang angkasa global.

“Kami pikir dapat menambah 10.000 hingga 20.000 pekerjaan hingga 2030 dan yang terpenting menumbuhkan industri dari AU$ 4 hingga AU$ 12 miliar atau sekitar Rp 117-128 triliun, dan itu akan menjadi bagian yang sangat penting dari ekonomi kami,” pungkas dia. [WS/HBS]

Sumber: ZDNet

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI