Bayangkan sebuah senjata yang bisa mencapai target di belahan dunia lain dalam waktu singkat, dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan suara. Itulah yang baru saja diuji coba secara rahasia oleh Departemen Pertahanan AS. Rudal hipersonik Dark Eagle, yang dikembangkan bersama oleh Angkatan Darat dan Angkatan Laut AS, dikabarkan telah menjalani uji terbang kedua dari Cape Canaveral Space Force Station.
Dalam perlombaan senjata hipersonik global, AS tampaknya tak mau ketinggalan. Setelah Rusia mengaktifkan rudal Avangard yang juga berkecepatan hipersonik, kini giliran AS menunjukkan taringnya. Dark Eagle diklaim mampu menempuh jarak 2.775 kilometer dengan kecepatan mencapai 6.000 km/jam (Mach 5).
Misi Rahasia yang Hanya Bocor Lewat Peringatan Navigasi
Uniknya, uji coba ini sama sekali tidak diumumkan sebelumnya oleh Pentagon. Informasi tentang peluncuran hanya bisa dilacak dari peringatan navigasi yang dikeluarkan Penjaga Pantai AS, yang menetapkan zona keamanan di Samudra Atlantik. “Tim gabungan dari pemerintah, akademisi, dan mitra industri melakukan uji coba atas nama Departemen Pertahanan dari lokasi uji di Cape Canaveral,” ujar juru bicara DoD kepada Florida Today, tanpa memberikan detail lebih lanjut.
Ini merupakan uji terbang kedua Dark Eagle dari Cape Canaveral setelah yang pertama pada Desember 2024 lalu. Peluncuran ini juga menjadi salah satu uji rudal perang pertama dari lokasi tersebut sejak 1988, menandai babak baru dalam pengujian senjata strategis AS.
Baca Juga:
Kemampuan Mengerikan Dark Eagle
Menurut dokumen Angkatan Darat AS, Dark Eagle adalah sistem senjata berbasis darat yang diluncurkan dari truk. Rudal ini dirancang untuk terbang di tepian atmosfer bumi, tetap berada di luar jangkauan sistem pertahanan udara dan rudal musuh hingga saat terakhir sebelum menyerang. “Pada saat musuh menyadarinya, sudah terlambat untuk bereaksi,” tulis dokumen tersebut.
Setiap unit Dark Eagle akan terdiri dari empat peluncur dengan total delapan rudal. Sistem ini dijadwalkan mulai beroperasi penuh pada tahun fiskal 2025, meski terlambat dua tahun dari rencana awal. Patrick Mason, pejabat senior Departemen Angkatan Darat AS, menyebut senjata ini akan “memperumit kalkulasi musuh dan memperkuat daya gentar”.
Perlombaan Senjata Hipersonik Global
Pengembangan Dark Eagle terjadi di tengah perlombaan senjata hipersonik global yang semakin panas. Selain AS dan Rusia, China juga dikabarkan aktif mengembangkan senjata serupa. Bahkan, teknologi militer China telah membuat AS waswas dalam beberapa tahun terakhir.
Angkatan Laut AS juga berencana mengintegrasikan kemampuan hipersonik pada kapal perusak dan kapal selamnya dengan sistem bernama Conventional Prompt Strike. Perlombaan senjata ini mengingatkan pada era Perang Dingin, namun dengan teknologi yang jauh lebih maju dan mematikan.
Dengan kemampuan menyerang target di mana pun di dunia dalam hitungan menit, rudal hipersonik seperti Dark Eagle benar-benar mengubah paradigma peperangan modern. Pertanyaannya sekarang: seberapa siap dunia menghadapi era baru persenjataan yang bergerak lebih cepat dari kemampuan deteksi dan respons manusia?