JAKARTA – Berdasarkan penelitian yang dilakukan Tech Pro Research, diketahui bahwa 34% respondennya takut pada artificial intelligence. Artificial intelligence sendiri bisa diartikan sebagai benda berkepandaian buatan seperti halnya manusia. Bagi yang belum paham apa itu artificial intelligence (AI), mungkin bisa menonton film Stanley Kubric di 2011: A Space Odyssey atau rangkaian film Terminator.
Penelitian Tech Pro dilakukan sepanjang Juli 2015 untuk mengetahui dampak AI ke masa depan. Dari 534 responden, sebanyak 34% responden ternyata takut dengan perkembangan AI ini.
Seperti dikutip dari ZDNet, Rabu (2/9/2015), ketakutan akan AI bisa terjadi akibat pengaruh film. Misalnya saja dalam film-film bertema fiksi ilmiah atau science fiction (sci-fi), rata-rata meningkatkan ketakutan bahwa benda berkepandaian buatan menimbulkan kekacauan di masa mendatang, serta tidak adanya konsep kebaikan melawan kejahatan.
Ketakutan terhadap AI juga tidak hanya dikarenakan film semata. Tapi juga pada komputer dan software komputer yang memiliki kapabiltas kepandaian tertentu. Sejak IBM meluncurkan komputer Deep Blue, dengan kerangka kerja kognitif watson, mampu mengalahkan pecatur dunia Garry Kasparv pada 1997.
Saat ini, banyak orang mengandalkan interaksi harian dengan AI, misal dengan Siri, bagi pengguna smartphone Apple, iPhone. Industri lain juga mulai menggunakan AI sebagai bagian dari aktivitas kesehariannya, misal Amazon, industri penerbangan, industri keuangan dan sebagainya.
Seperti diungkapkan Tech Pro, hasil riset menunjukkan 44% responden dari segmen kesehatan lebih takut pada penggunaan AI, disusul lembaga konsultasi bisnis, edukasi dan teknologi. Dalam hal ini, AI dinilai sebagai ancaman bagi pekerja di segmen ini, atau sebagai pembunuh karir.
Namun, sebanyak 63% responden mengatakan bahwa Artificial Intelligence akan menguntungkan bagi bisnis dan masyarakat. Dari jumlah responden, terlihat baru 17% yang menggunakan AI dalam kesehariannya dan 49% lainnya tidak memiliki rencana menggunakan AI. [AI/IF]