Telset.id, Jakarta – Tak ada yang memungkiri bahwa MacBook Pro edisi 2016 membawa fitur-fitur baru yang keren, seperti misalnya fitur Touch Bar. Meski menawarkan peningkatan kemampuan dan fitur baru, namun harga MacBook Pro dinilai kemahalan.
Salah satu masalah klasik yang paling sering dikeluhkan orang pada produk Apple adalah soal harganya yang dianggap kelewat mahal. Meski Apple sering berdalih menawarkan fitur eksklusif yang memang keren, tapi tetap saja harganya dianggap terlalu tinggi, atau tak sepadan dengan fitur yang dihadirkan.
Sebagai informasi, MacBook Pro 13 inci terbaru versi paling murah kini dijual dengan harga mulai dari USD 1999 atau sekitar Rp 26 juta, sementara MacBook Pro 13 inci model sebelumnya dibanderol mulai USD 1799 atau setara Rp 23,5 juta.
Sementara untuk harga MacBook Pro 15 inci juga dinaikan dari dari USD 2499 atau sekitar Rp 32 juta menjadi USD 2799 atau setara 36,5 juta. Untuk spesifikasi tertinggi, MacBook Pro 15 inci dibanderol seharga USD 4300 atau sekitar Rp 56 juta.
Saat ditanya soal harga MacBook Pro baru yang makin melambung tinggi, eksekutif Apple Phil Schiller memberikan jawaban “ngeles” yang sama seperti sebelum-sebelumnya, yakni ‘Apple menjual kualitas, bukan harga’.
“(Faktor) Harga yang terjangkau adalah sebuah bahasan yang sangat kami pertimbangkan. Namun kami tak merancang (sebuah produk) dengan acuan utama soal harga, kami merancangnya untuk mengedepankan faktor pengalaman pengguna ketika memakainya, juga kualitas tinggi yang senantiasa menjadi harapan utama dari pelanggan Mac. Kadang hal ini membuat kami membanderolnya lebih tinggi ketimbang daya beli pelanggan, namun kami melakukannya bukan karena disengaja, melainkan karena memang harga itulah yang pantas,” ujar Phil Schiller.
Meski dinilai harganya kemahalan, namun sejauh ini respon konsumen pada MacBook Pro keluaran tahun 2016 ini masih positif. Tapi untuk saat ini, kita belum dapat memastikan apakah laptop dengan harga selangit ini akan laku di pasaran.[HBS]
