“Amerika Saja Bisa, Indonesia Harusnya Juga Bisa”

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Acer Indonesia mendukung Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital yang digagas oleh startup KIBAR Kreasi Indonesia. Acer berharap, gerakan ini akan mencetak startup-startup teknologi hebat seperti di Amerika Serikat.

Dukungan Acer pada Gerakan 1.000 Startup merupakan langkah awal dari implementasi program Acerleration yang merupakan inisiatif dari Acer untuk mendorong startup menjadi change maker bagi kemajuan ekonomi kreatif Indonesia.

Perusahaan teknologi asal Taiwan ini ingin menjadikan Indonesia sebagai negara penghasil perusahaan teknologi yang menonjol di dunia seperti Amerika Serikat, yang memiliki perusahaan sekelas Apple, Google, dan Microsoft.

“Amerika adalah negara dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Indonesia berada di posisi keempat. Amerika yang ada di urutan ketiga saja bisa menghasilkan perusahaan raksasa teknologi, Indonesia harusnya juga bisa,” kata Presiden Direktur Acer Indonesia, Herbert Ang.

[Baca juga: Dukung Gerakan 1.000 Startup, Acer Ingin Cetak ‘Change Maker’]

Menurut Herbert, Acer memang memiliki komitmen untuk membantu orang dan komunitas dalam belajar dan memanfaatkan teknologi, sehingga tidak ada batasan untuk saling berinteraksi dalam ekosistem di era digital ini.

“Langkah awal yang ingin kami lakukan adalah dapat menjalankan startup yang dapat menciptakan solusi yang inovatif, unik, dan dapat memecahkan masalah sehingga bermanfaat bagi masyarakat,” lanjutnya.

Sementara itu, Chief Executive Kibar, Yansen Kamto, mengatakan Indonesia harusnya bisa lebih baik dari Amerika, karena Indonesia sebenarnya lebih kaya dibandingkan Silicon Valley.

Seperti diketahui, Silicon Valley merupakan kawasan di AS yang menjadi markas dari banyak perusahaan raksasa teknologi dunia, seperti Apple, Google, dll. Silicon Valley bahkan dijadikan kiblat perusahaan teknologi dan perusahaan rintisan (startup).

Menurut Yansen,  Indonesia memang tidak bisa disamakan dengan Silicon Valley. Namun keberagaman yang ada di Indonesia menjadi nilai lebih yang tak dimiliki negara lain, termasuk AS.

“Indonesia tidak seperti Silicon Valley. Karena Silicon Valley bukan Indonesia. Tapi Indonesia punya nilai lebih, yakni keberagaman yang tidak dimiliki negara lain di dunia. Keberagaman ini perlu dikembangkan untuk dijadikan solusi,” tuturnya.

Contohnya sektor budaya, Indonesia memiliki beragam budaya yang menarik, misalnya batik dan kuliner yang dari berbagai daerah punya ciri khas masing-masing. Begitu juga dari sektor pariwisata, Indonesia punya tempat-tempat wisata yang indah-indah.

“Kita punya batik yang banyak sekali macamnya. Lalu, kuliner juga banyak, kalau itu di-aggregate itu akan sangat bagus. Startup di sektor-sektor ini masih kosong,” terangnya.

Begitu juga dari sektor pariwisata, potensi dari sektor ini masih belum dijadikan pijakan untuk membangun startup yang bergerak di sektor pariwisata.

“Singapura itu cuma satu pulau. Sedangkan kita (Indonesia) punya 17 ribu pulau. Startup yang bergerak di perjalanan pariwisata masih belum banyak, Traveloka hanya mengurusi tiket sama pesan hotel saja,” tukas Yansen.

Yansen juga mengatakan, sektor kesehatan masih belum banyak startup yang menggarapnya. Padahal, ke depan sektor kesehatan ini bakal sangat dibutuhkan oleh banyak orang.

“Itu beberapa sektor yang masih kosong, belum banyak Startup yang bermain di sektor-sektor tersebut. Tapi Gerakan Nasional 1.000 Startup Digital tidak mencari e-commerce, karena sektor itu sudah matang,” ungkapnya. [HBS]

 

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI