Telset.id, Jakarta – Facebook menciptakan sebuah portal yang akan mengajari para remaja cara memanfaatkan dan menggunakan media sosial secara benar dan aman. Portal bernama Youth Portal ini juga akan memberitahu apa saja potensi atau resiko bahaya dari media sosial. Sebagai contoh, ketika berbicara dengan orang asing.
Itu belum termasuk kiat dan trik lainnya yang memungkinkan para remaja memahami cara mengelola Facebook mereka. Semisal, siapa yang diizinkan untuk melihat posting tertentu dan seterusnya.
Selain itu, ada juga niatan untuk mencari tahu bagaimana remaja menggunakan Facebook, guna meningkatkan kesadaran tentang masalah kemanusiaan.
Langkah ini kemungkinan sebagai respon atas kebutuhan jejaring sosial yang dapat melindungi anak-anak secara lebih baik. Di Eropa misalnya, yang sesuai dengan undang-undang Uni Eropa yang baru, yang melarang pengumpulan jenis data tertentu dari anak-anak.
Global Head of Safety dari Facebook, Antigone Davis dalam sebuah posting resmi mengatakan bahwa Youth Portal berfokus pada empat aspek utama. Yang utama adalah pendidikan. Dalam hal ini terkait bagaimana cara memaksimalkan menu Pages, Groups, Events, dan Profile, dengan aman.
“Plus, informasi tentang jenis data yang dikumpulkan Facebook dan bagaimana kami menggunakannya,” katanya.
Selai itu, ada juga Peer Voices, yang terdiri dari akun remaja di seluruh dunia. Berisi informasi bagaimana mereka menggunakan teknologi dengan cara baru dan kreatif, serta kiat tentang hal-hal seperti keamanan, konten pelaporan, dan memutuskan siapa yang dapat melihat apa yang anda bagikan.
Lebih jauh, Davis juga mengatakan bahwa di Youth Portal remaja juga dapat mencari nasihat tentang apa yang harus dilakukan jika ingin istirahat sejenak dari media sosial, dan beberapa pedoman untuk mendapatkan hasil maksimal dari internet.
Tapi apakah portal itu cukup, dan apakah para remaja akan menggunakannya?
Seperti diketahui, Facebook banyak mendapat kritik mengenai mudahnya bagi anak di bawah umur mengakses media sosial. Bulan lalu, perusahaan jejaring sosial terbesar ini juga mengumumkan beberapa rencana untuk menghentikan anak-anak membagikan info pribadi mereka secara online.
Saat ini, secara aturan anak yang berusia 13 tahun ke atas yang diizinkan memiliki akun Facebook. Meski demikian, selama ini perusahaan tidak memiliki cara untuk mengawasinya.
Facebook memungkinkan anak-anak berusia antara 13 dan 15 tahun, mengunggah segala macam detail informasi pribadi. Ini dapat mencakup informasi yang sangat sensitif, misalnya seperti pandangan politik dan detail tentang seksualitas mereka.
Tetapi mulai 25 Mei 2108, Uni Eropa mengeluarkan General Data Protection Regulation (GDPR) atau peraturan perlindungan data umum. Artinya, Facebook akan membutuhkan izin dari orangtua ketika mengunggh data tertentu pada seorang anak.
Menanggapi hal itu, Facebook mengumumkan beberapa rencana. Situs media sosial ini mengklaim akan memastikan anak-anak mendapat izin orangtua ketika memposting sesuatu yang sifatnya pribadi.
Meski demikian, Facebook tidak memiliki cara nyata untuk memverifikasi apakah orang yang memberi izin adalah orangtua atau wali. Pengguna cukup memilih salah satu akun Facebook orangtua mereka atau masukkan alamat email orangtua mereka.
“Orangtua” yang dipilih itu kemudian akan memberikan izin bagi “anak” yang ingin membagikan informasi sensitif.
Facebook kemudian akan menerima begitu saja bahwa orang yang dipilih ini adalah orang tua mereka, tanpa adanya verifikasi lebih lanjut.
Hal ini memungkinkan seorang anak dapat dapat memilih salah satu teman mereka atau membuat alamat email palsu , untuk memverifikasi mereka. Dengan demikian, anak-anak dapat dengan mudah mengakses ke versi lengkap Facebook dan menyerahkan data sensitif.
Ini berarti Facebook berpotensi melanggar hukum GDPR UE karena mengumpulkan informasi sensitif tentang anak-anak tanpa seizin orangtua kandung. [BA/IF]