Riyadh Air: Maskapai AI Pertama di Dunia yang Ubah Industri Penerbangan

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan Anda terlambat tiba di bandara. Alih-alih panik dan antre panjang, petugas maskapai dengan sigap mendekat, menawarkan bantuan khusus untuk mempercepat proses check-in Anda. Ini bukan skenario ideal belaka, melainkan gambaran nyata dari masa depan penerbangan yang sedang dibangun Riyadh Air, maskapai pertama di dunia yang sepenuhnya dirancang berbasis kecerdasan buatan atau AI (AI-native). Dalam industri yang kerap diwarnai keterlambatan, sistem usang, dan keluhan penumpang, langkah revolusioner ini bisa jadi adalah angin segar yang ditunggu-tunggu.

Industri penerbangan global memang tengah berada di persimpangan. Di satu sisi, ekspektasi penumpang semakin tinggi, menuntut pengalaman yang lebih personal, lancar, dan efisien. Di sisi lain, maskapai berjuang dengan warisan sistem teknologi yang terfragmentasi, dikembangkan puluhan tahun silam, yang justru menghambat inovasi dan respons terhadap gangguan. Integrasi data antar departemen seringkali berjalan tersendat, membuat keputusan operasional tidak lagi selincah yang dibutuhkan. Di tengah tekanan untuk menjadi lebih berkelanjutan dan kompetitif, banyak maskapai mulai melirik AI. Namun, Riyadh Air mengambil pendekatan yang lebih radikal: membangun dari nol, tanpa beban sistem lama, dengan AI sebagai fondasi utamanya.

Kolaborasi strategis dengan IBM Consulting menjadi kunci terwujudnya visi ini. Dengan memanfaatkan platform watsonx Orchestrate dan ekosistem mitra teknologi terkemuka, Riyadh Air tidak sekadar menambal sulam sistem lama dengan fitur AI. Mereka menciptakan ulang DNA operasional maskapai. Bayangkan fondasi digital yang dirancang sejak awal untuk mengoordinasikan 59 alur kerja berbeda dan menghubungkan lebih dari 60 mitra, mulai dari Adobe, Apple, hingga Microsoft. Ini adalah orkestra digital berskala besar, di mana AI bertindak sebagai konduktor, memastikan setiap bagian berjalan harmonis untuk menciptakan simfoni pengalaman yang mulus bagi penumpang dan karyawan.

Lebih dari Sekadar Chatbot: AI sebagai Tulang Punggung Operasional

Lantas, seperti apa wujud maskapai AI-native ini dalam praktiknya? Transformasi dimulai dari dalam, yaitu dengan memberdayakan karyawan. Riyadh Air berencana menggandakan tenaga kerjanya, dan untuk mendukung hal ini, mereka menghadirkan tempat kerja digital yang dipersonalisasi. Karyawan akan berinteraksi dengan agen AI melalui satu titik masuk berbasis percakapan untuk mengakses semua layanan Human Resources (HR). Proses administrasi yang biasanya berbelit, seperti pengajuan cuti atau klaim, menjadi lebih sederhana dan cepat, memungkinkan staf fokus pada hal yang lebih penting: melayani penumpang.

Di garis depan layanan, AI akan menjadi asisten cerdas bagi kru kabin dan darat. Aplikasi seluler berbasis AI yang dikembangkan tidak hanya untuk penumpang, tetapi juga untuk staf, akan menciptakan pengalaman “concierge” yang proaktif. Sistem ini dapat menganalisis data kontekstual secara real-time—misalnya, informasi penerbangan yang tertunda atau profil preferensi penumpang—dan merekomendasikan langkah terbaik berikutnya kepada karyawan. Inilah yang memungkinkan petugas di bandara secara proaktif menawarkan bantuan jalur cepat kepada penumpang yang terdeteksi akan ketinggalan pesawat, sebuah sentuhan manusiawi yang justru didorong oleh kecerdasan mesin.

Layanan pelanggan juga mengalami metamorfosis. Bot suara dan fitur pendukung agen berbasis AI akan memberikan dukungan yang lebih personal dan responsif. Bayangkan menelepon call center dan langsung dihubungkan dengan sistem yang sudah memahami konteks perjalanan Anda, mampu mengantisipasi kebutuhan, dan memberikan solusi sebelum Anda sempat menjelaskan panjang lebar. Pendekatan ini menggeser paradigma dari sekadar menanggapi keluhan menjadi secara aktif membentuk pengalaman perjalanan yang lebih baik. Teknologi serupa yang mendorong personalisasi pada perangkat seperti Google Pixel dengan fitur AI-nya, kini diadaptasi untuk skala yang jauh lebih kompleks: mengelola jutaan interaksi perjalanan.

Mengoptimalkan Jantung Bisnis: Dari Perencanaan Rute hingga Pengambilan Keputusan

Di balik layar, dampak AI bahkan lebih mendalam. Riyadh Air membangun sistem manajemen kinerja perusahaan yang terintegrasi penuh. Sistem ini akan menyatukan data keuangan, operasional, dan komersial yang biasanya tersimpan di silo-silo terpisah. Proses perencanaan, penganggaran, peramalan, dan analisis akan diotomatisasi, menyediakan insight real-time bagi manajemen. Keputusan strategis, seperti pembukaan rute baru atau alokasi armada, tidak lagi mengandalkan firasat atau laporan bulanan yang sudah basi, tetapi pada analisis data prediktif yang terus diperbarui.

Hal ini berkaitan langsung dengan efisiensi dan profitabilitas. AI dapat menganalisis banyak variabel—dari pola permintaan penumpang, harga bahan bakar, kondisi cuaca, hingga peristiwa global—untuk mengoptimalkan profitabilitas setiap rute dan menciptakan peluang pendapatan baru. Dalam industri dengan margin tipis, kemampuan untuk membuat keputusan berbasis data dengan cepat ini adalah keunggulan kompetitif yang sangat besar. Pendekatan end-to-end semacam ini juga pernah diambil oleh Lion Air dengan platform Sabre, yang menunjukkan betapa krusialnya integrasi sistem operasional yang menyeluruh.

Dengan membebaskan diri dari belenggu sistem warisan (legacy system), Riyadh Air menanamkan kelincahan dan kemampuan beradaptasi ke dalam DNA-nya. Mereka tidak perlu menghabiskan waktu dan sumber daya untuk memelihara atau mengintegrasikan sistem lama yang kaku. Sebaliknya, fondasi AI-native memungkinkan mereka untuk berinovasi dengan cepat, beradaptasi dengan perubahan pasar, dan bertumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang. Ini adalah lompatan jauh melampaui transformasi digital bertahap yang dilakukan kebanyakan maskapai.

Tantangan dan Masa Depan: Menjadi Model Rujukan Baru

Lalu, apa artinya semua ini bagi industri penerbangan secara keseluruhan? Keberadaan Riyadh Air sebagai maskapai AI pertama di dunia menetapkan tolok ukur baru. Mereka tidak lagi sekadar pesaing baru, melainkan menjadi model rujukan atau “blueprint” bagi maskapai lain yang ingin benar-benar merancang ulang operasional mereka untuk era AI. Ini adalah tantangan terbuka bagi maskapai-maskapai mapan: apakah akan terus berinvestasi pada modernisasi sistem lama yang mahal dan lambat, atau berani memikirkan ulang fondasi bisnis mereka?

Tentu, jalan menuju operasional berbasis AI sepenuhnya tidak akan mulus. Isu keamanan data, keandalan sistem, dan penerimaan baik dari karyawan maupun penumpang akan menjadi ujian nyata. Industri penerbangan memiliki catatan kehati-hatian terhadap teknologi baru, seperti yang terlihat ketika berbagai maskapai mengawasi ketat Galaxy Note 7 karena masalah baterai, atau ketika maskapai di Hong Kong memberlakukan embargo terhadap ponsel Vivo karena kekhawatiran tertentu. Kepercayaan adalah mata uang utama, dan Riyadh Air harus membuktikan bahwa AI mereka aman, andal, dan benar-benar mengutamakan manusia.

Namun, jika visi ini terwujud, kita mungkin sedang menyaksikan awal dari babak baru dalam penerbangan. Sebuah era di dimana gangguan operasional dapat diminimalkan, pengalaman perjalanan menjadi sangat personal, dan efisiensi mencapai level yang belum pernah terlihat. Riyadh Air, dengan fondasi AI-nya, tidak hanya membangun sebuah maskapai, tetapi mungkin sedang menulis ulang buku pedoman operasi penerbangan modern. Pertanyaannya sekarang, siapa yang akan mengikuti jejak mereka?

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI