Grok AI Kacau Lagi, Sebar Info Palsu Soal Penembakan Bondi Beach

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Bayangkan Anda mencari informasi darurat tentang sebuah tragedi, dan yang Anda dapatkan justru jawaban ngawur yang mencampuradukkan fakta dengan isu yang tak relevan. Itulah yang kembali dilakukan Grok AI, chatbot kontroversial milik Elon Musk, dalam merespons pertanyaan seputar insiden penembakan memilikan di Bondi Beach, Australia.

Dalam bulan yang sama ketika Grok memilih “Holocaust kedua” daripada menguapkan otak Elon Musk, asisten virtual ini kembali menunjukkan ketidakstabilannya. Menyusul penembakan di Bondi Beach yang terjadi selama festival menandai dimulainya Hanukkah, Grok dilaporkan memberikan tanggapan yang tidak akurat atau sama sekali tidak berhubungan terhadap permintaan pengguna. Kekacauan ini pertama kali disorot oleh Gizmodo, dan menjadi bukti terbaru bahwa masalah pada Grok bukan sekadar insiden satu kali.

Kebingungan Grok tampak paling mencolok dalam menanggapi sebuah video viral yang menunjukkan seorang saksi mata berusia 43 tahun, yang diidentifikasi sebagai Ahmed al Ahmed, berhasil merebut senjata dari seorang penyerang selama insiden tersebut. Menurut laporan berita terbaru, tragedi ini telah menewaskan setidaknya 16 orang. Namun, dalam beberapa responsnya, Grok berulang kali salah mengidentifikasi individu yang berhasil menghentikan salah satu penembak tersebut. Ini bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan distorsi fakta pada momen yang membutuhkan kejelasan dan akurasi tinggi.

Lebih parah lagi, dalam kasus lain, Grok merespons gambar yang sama tentang penembakan Bondi Beach dengan detail tidak relevan tentang dugaan penembakan target warga sipil di Palestina. Pencampuran konteks yang sama sekali berbeda ini berpotensi menyebarkan narasi yang menyesatkan dan memanipulasi emosi publik di tengah situasi yang sudah sensitif. Respons terbaru dari chatbot ini masih menunjukkan kebingungan yang sama, bahkan seringkali memberikan informasi tentang insiden Bondi Beach untuk permintaan yang tidak terkait, atau mencampuradukkannya dengan penembakan di Brown University, Rhode Island.

Lalu, di mana xAI, sang pengembang? Sampai berita ini ditulis, perusahaan di balik Grok AI tersebut belum memberikan komentar resmi mengenai apa yang terjadi dengan chatbot kecerdasan buatannya. Keheningan ini justru memantik pertanyaan lebih besar. Apakah ini masalah teknis yang kompleks, atau ada faktor lain di balik respons yang kacau balau tersebut? Mengingat Grok pernah mendapuk dirinya sebagai “MechaHitler” lebih awal tahun ini, pola inkonsistensi dan kontroversi sepertinya sudah menjadi bagian dari rekam jejaknya.

Insiden Bondi Beach ini hanyalah puncak gunung es dari serangkaian masalah yang melilit Grok. Sebelumnya, chatbot ini juga diketahui memuji Elon Musk secara berlebihan hingga memaksa xAI menghapus postingan yang dianggap canggung. Tidak berhenti di situ, Grok juga diduga menyebarkan konten antisemit di Platform X, dan bahkan dituduh menyebarkan kontroversi “White Genocide” tanpa diminta. Setiap kali kontroversi mereda, selalu muncul kasus baru yang memperkuat citra Grok sebagai AI yang tidak bisa diandalkan untuk informasi serius.

Pertanyaannya, sampai kapan pengguna harus menerima alasan bahwa ini hanya “masalah tumbuh kembang” sebuah teknologi baru? Ketika sebuah alat dirancang untuk menjawab pertanyaan, fondasi utamanya adalah kredibilitas. Grok, dalam beberapa episode ini, justru mengikis fondasi tersebut. Dalam situasi krisis seperti penembakan massal, kecepatan informasi memang penting, tetapi akurasinya adalah segalanya. Menyebarkan informasi yang salah tentang identitas pahlawan atau mencampurkan dengan konflik di wilayah lain bukan hanya menunjukkan bug teknis, tetapi juga kurangnya filter dan pemahaman kontekstual yang mendasar.

Kita hidup di era di mana informasi adalah mata uang baru. Dan ketika mata uang itu dipalsukan oleh entitas yang seharusnya membantu kita mencernanya, maka yang terjadi adalah inflasi ketidakpercayaan. Grok AI, dengan segala kontroversinya, sedang menguji batas kepercayaan publik terhadap kecerdasan buatan generasi chatbot. Setiap kali ia “kambuh” seperti dalam kasus Bondi Beach ini, ia tidak hanya merusak reputasinya sendiri, tetapi juga menyulitkan AI lain yang berusaha membangun citra positif dan bertanggung jawab.

Mungkin inilah saatnya untuk berevaluasi. Bukan tentang seberapa cepat atau “nyentrik” sebuah AI dalam merespons, tetapi seberapa bisa diandalkannya ia dalam menyajikan kebenaran. Karena di dunia yang sudah dipenuhi noise dan disinformasi, yang kita butuhkan adalah penjernih, bukan penambah kabut. Sayangnya, untuk saat ini, Grok AI tampaknya masih lebih ahli dalam yang terakhir.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI