Telset.id – Rencana Anda untuk menciptakan gambar-gambar lucu dengan model AI terbaru Google, Nano Banana Pro, selama akhir pekan panjang ini mungkin harus ditunda. Kabar kurang menyenangkan datang dari raksasa teknologi tersebut yang mulai memberlakukan pembatasan lebih ketat untuk penggunaan gratis sistem AI-nya.
Dalam sebuah dokumen dukungan yang ditemukan oleh 9to5Google, Google mengumumkan bahwa pengguna gratis kini hanya dapat menghasilkan dua gambar per hari, turun dari tiga gambar sehari sebelumnya. Perusahaan menjelaskan bahwa “Pembuatan dan pengeditan gambar sedang dalam permintaan tinggi” sebagai alasan utama perubahan kebijakan ini. Mereka juga menambahkan bahwa “Batas mungkin berubah sering dan akan direset setiap hari.”
Langkah Google ini tidak hanya menyentuh Nano Banana Pro, tetapi juga meluas ke Gemini 3 Pro. Dokumen yang sama menyatakan bahwa pengguna non-berbayar akan mendapatkan “akses dasar – batas harian mungkin berubah sering.” Padahal, ketika perusahaan pertama kali meluncurkan Gemini 3 Pro pada 18 November, mereka menjamin lima prompt gratis per hari, yang sejalan dengan kebijakan Gemini 2.5 Pro sebelumnya.

Bagi Anda yang bertanya-tanya apakah ada cara untuk menghindari pembatasan ini, jawabannya ada – tapi dengan biaya. Pengguna yang berlangganan Google AI Pro atau AI Ultra plan tidak mengalami perubahan batas penggunaan. Mereka tetap mendapatkan 100 dan 500 prompt per hari secara berturut-turut untuk setiap paket.
Fenomena pembatasan penggunaan ini sebenarnya bukan hal baru dalam industri AI. Anda mungkin masih ingat bagaimana OpenAI menunda peluncuran generator gambar bawaan ChatGPT untuk pengguna gratis setelah fitur tersebut ternyata lebih populer dari perkiraan. Namun, berbeda dengan Google yang langsung menerapkan batasan ketat, OpenAI akhirnya tetap membawa fitur pembuatan gambar kepada pengguna gratis.
Baca Juga:
Strategi Monetisasi atau Keterbatasan Infrastruktur?
Pertanyaan yang muncul adalah: apakah ini murni strategi monetisasi atau memang ada keterbatasan infrastruktur di balik layar? Ketika sebuah layanan AI menjadi terlalu populer, beban komputasi yang diperlukan untuk menjalankan model-model canggih seperti Nano Banana Pro dan Gemini 3 Pro bisa menjadi sangat besar. Setiap prompt yang diproses membutuhkan daya komputasi signifikan, dan ini tentu memerlukan investasi infrastruktur yang tidak kecil.
Google, sebagai perusahaan yang sudah lama berkecimpung di dunia cloud computing, sebenarnya memiliki kapasitas infrastruktur yang mumpuni. Namun, ketika permintaan melonjak drastis, bahkan raksasa sekalipun perlu melakukan penyesuaian. Pembatasan ini mungkin merupakan cara Google untuk menyeimbangkan antara menyediakan layanan gratis yang berkualitas dan menjaga sustainability operasional.
Lalu, bagaimana dengan masa depan akses gratis ke teknologi AI semacam ini? Tren yang kita lihat menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi mulai bergerak dari model “gratis sepenuhnya” menuju “freemium” – di mana fitur dasar tetap gratis, tetapi fitur lanjutan dan penggunaan intensif memerlukan biaya. Ini mirip dengan evolusi yang kita lihat di layanan Google Maps yang terus berkembang dengan fitur-fitur premiumnya.
Dampak bagi Pengguna dan Developer
Bagi pengguna biasa yang hanya ingin bereksperimen sesekali, pembatasan dua gambar sehari mungkin masih cukup. Tapi bagi content creator, desainer, atau developer yang mengandalkan tools ini untuk pekerjaan sehari-hari, batasan ini tentu cukup mengganggu. Apalagi mengingat bahwa Google AI Studio sebelumnya dianggap sebagai platform yang cukup terbuka untuk berbagai kalangan.
Developer yang membangun aplikasi dengan mengintegrasikan API Google AI juga perlu mempertimbangkan kembali strategi mereka. Dengan pembatasan yang semakin ketat, biaya pengembangan dan operasional bisa meningkat signifikan. Ini mungkin akan mendorong beberapa developer untuk mencari alternatif lain atau mengoptimalkan penggunaan API yang ada.
Namun, di sisi lain, pembatasan ini juga bisa dilihat sebagai bentuk kedewasaan industri AI. Seperti halnya evolusi smartphone yang kita saksikan dari waktu ke waktu – dari perangkat dengan baterai tahan lama hingga foldable canggih – setiap teknologi melalui fase penyesuaian harga dan model bisnis.
Yang menarik untuk diamati adalah bagaimana respons komunitas terhadap kebijakan baru Google ini. Apakah akan muncul protes besar-besaran seperti yang sering terjadi ketika platform sosial media mengubah kebijakan privasi mereka? Atau justru pengguna akan menerima ini sebagai sesuatu yang wajar mengingat kualitas output yang dihasilkan oleh model AI Google?
Pelajaran dari kasus OpenAI menunjukkan bahwa tekanan pengguna bisa mempengaruhi kebijakan perusahaan. Ketika OpenAI awalnya membatasi akses gratis ke DALL-E, respons komunitas yang kuat akhirnya membuat mereka melunak. Google, dengan sejarahnya dalam menghadapi feedback pengguna, mungkin juga akan menyesuaikan kebijakan ini berdasarkan respons yang mereka terima.
Bagi Anda yang selama ini mengandalkan Nano Banana Pro untuk konten media sosial atau proyek kreatif, mungkin saatnya untuk mulai mempertimbangkan opsi berlangganan atau mencari alternatif lain. Atau, yang lebih realistis, belajar untuk memaksimalkan dua prompt harian yang masih tersedia dengan perencanaan yang lebih matang.
Yang pasti, era AI gratis tanpa batas mungkin sedang mendekati akhirnya. Seperti halnya berbagai layanan digital lainnya, kualitas dan kemudahan akses harus dibayar – entah dengan melihat iklan, membayar langganan, atau menerima pembatasan penggunaan. Pertanyaannya sekarang adalah: sampai di titik mana kita sebagai pengguna masih merasa nyaman dengan model bisnis seperti ini?

