Google ‘All In’ pada AI: Tren Baru yang Mengkhawatirkan di Big Tech

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Google secara resmi mengumumkan langkah besar dalam pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dengan meluncurkan fitur baru bernama “AI Mode”. Fitur ini akan segera tersedia untuk pengguna mesin pencari Google di Amerika Serikat, meski belum ada timeline pasti untuk rilis global.

Menurut perusahaan, AI Mode dirancang untuk memberikan pengalaman seperti berdiskusi dengan ahli di berbagai topik. Langkah ini merupakan bagian dari strategi “all-in” Google dalam mengadopsi AI secara menyeluruh. Tidak hanya mengintegrasikan teknologi ini ke berbagai aplikasi, Google juga menguasai seluruh rantai pasokan AI, mulai dari chip komputer hingga antarmuka pengguna seperti Google Maps dan Gmail.

Google bukan satu-satunya perusahaan yang menerapkan integrasi vertikal dalam pengembangan AI. OpenAI, misalnya, baru-baru ini mengakuisisi startup perangkat keras yang didirikan oleh mantan desainer Apple, Jony Ive. Sementara itu, Amazon juga mengembangkan platform komputasi awan, chip khusus, dan layanan AI terintegrasi.

Empat Lapisan Teknologi AI Google

Google membangun ekosistem AI melalui empat lapisan utama:

  • Lapisan Perangkat Keras: Menggunakan chip Tensor Processing Unit (TPU) yang diklaim lebih efisien dibanding prosesor umum.
  • Lapisan Infrastruktur: Memanfaatkan komputasi awan untuk mendukung kebutuhan jaringan dan penyimpanan data.
  • Lapisan Pengembangan Model: Riset internal mencakup pembelajaran mesin, robotika, dan model bahasa seperti yang digunakan dalam Google AI Mode.
  • Lapisan Data: Mengumpulkan informasi dari pengguna melalui berbagai layanan seperti pencarian, peta, dan email.

Dampak Integrasi Vertikal pada Industri

Dominasi pasar oleh segelintir perusahaan seperti Google dan OpenAI berpotensi menciptakan ketimpangan kekuatan di industri teknologi. Integrasi vertikal memperburuk situasi ini dengan memusatkan seluruh rantai pasokan AI di bawah satu perusahaan. Hal ini dapat menghambat persaingan sehat dan mengurangi inovasi yang menguntungkan konsumen.

Selain itu, penguasaan data oleh perusahaan besar seperti Google semakin memperkuat posisi mereka. Seperti yang terlihat dalam aplikasi Google AI untuk penyandang tunanetra, teknologi ini sangat bergantung pada ketersediaan data.

Risiko lain dari integrasi vertikal adalah kurangnya transparansi dan akuntabilitas. Dengan mengontrol seluruh proses pengembangan AI, perusahaan dapat mengurangi interaksi dengan pihak eksternal, termasuk regulator. Kondisi ini diperparah dengan upaya deregulasi AI yang sedang berlangsung.

Meski demikian, Google terus memperluas kemampuan AI-nya, termasuk dalam memberikan rating foto secara otomatis. Perkembangan ini menunjukkan betapa cepatnya teknologi AI terus berevolusi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI