AI Gantikan Aktor Hewan di Hollywood, Anjing & Kucing Nganggur!

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Pernahkah Anda memperhatikan bagaimana hewan-hewan lucu di film terbaru terlihat sempurna secara visual, namun seolah kehilangan jiwa? Ternyata, banyak dari mereka bukanlah hewan sungguhan, melainkan hasil kreasi artificial intelligence (AI) dan computer-generated imagery (CGI). Gelombang disruptif teknologi yang semula mengancam nasib aktor manusia, kini telah merambah ke dunia selebritas berbulu. Hollywood secara diam-diam mulai menggantikan peran anjing, kucing, hingga burung dengan versi digital mereka.

Industri hiburan global sedang mengalami transformasi masif. Setelah pandemi COVID-19 dan pemogokan Writers Guild of America 2023 yang sempat melumpuhkan produksi, kini ancaman terbaru datang dari kecerdasan buatan. Yang mengkhawatirkan, tren ini tidak hanya menyasar aktor latar manusia, tetapi juga menghantam keras para pekerja hewan yang selama ini menjadi bagian tak terpisahkan dari industri film.

Lantas, bagaimana nasib Rocco si anjing pemain “The Morning Show” yang kini kesulitan mendapatkan pekerjaan? Benarkah teknologi AI akan mengakhiri penderitaan hewan di industri hiburan, atau justru menghilangkan keautentikan yang selama ini menjadi daya tarik utama?

Krisis Pekerjaan untuk Bintang Berbulu

Bocoran terbaru dari The Hollywood Reporter mengungkap fakta mencengangkan: studio-studio besar kini lebih memilih menciptakan performa hewan melalui AI dan CGI dalam proses pasca-produksi, alih-alih membawa hewan sungguhan ke lokasi syuting. Dampaknya langsung terasa di kalangan bintang hewan Hollywood. Rocco, anjing actor yang pernah tampil di serial ternama seperti “The Morning Show” dan “Veronica Mars”, dikabarkan kesulitan mendapatkan peran dan hanya mengandalkan “iklan sesekali” untuk bertahan.

Yang lebih memprihatinkan, krisis ini tidak hanya dialami oleh para bintang berbulu, tetapi juga merembet ke profesi pendukungnya. Pelatih, pawang, dan koordinator hewan mulai khawatir bahwa invasi teknologi akan membuat mereka kehilangan mata pencaharian. “Ini benar-benar telah mempengaruhi pelatih hewan studio dan bisnis hewan studio cukup banyak,” ujar Karin McElhatton, pemilik Studio Animal Services, kepada The Hollywood Reporter.

Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan. Lebih awal tahun ini, sebuah studio talenta mengumumkan penciptaan “aktris” yang dihasilkan AI bernama Tilly Norwood, yang langsung menuai kecaman keras dari komunitas Hollywood. Perusahaan-perusahaan juga telah mengindikasikan bahwa mereka sedang berupaya melatih AI untuk menggantikan peran figuran dalam upaya menekan biaya produksi.

Data dan Realita yang Mengkhawatirkan

Industri aktor hewan sebenarnya sudah merasakan pukulan berat selama pandemi COVID-19 dan pemogokan penulis naskah 2023, di mana para aktor berjuang untuk mendapatkan perlindungan dari ancaman AI. Beberapa pengamat khawatir teknologi ini bisa menjadi paku terakhir dalam peti mati karir hewan di industri hiburan.

Benay Karp, pemilik Benay’s Bird & Animal Rentals yang berbasis di Los Angeles, mengungkapkan bahwa jumlah pekerjaan turun drastis hingga hanya 40 persen dibandingkan masa sebelum pandemi. “Saya rasa saya tidak mendapat panggilan untuk burung pelatuk dalam mungkin tiga atau empat tahun, mungkin lima tahun,” katanya kepada THR. “Saya memiliki kawanan camar. Saya pikir saya hanya mendapatkan satu pekerjaan untuk mereka dalam setahun terakhir, padahal dulu mereka bekerja sepanjang waktu.”

Bahkan hewan-hewan populer seperti anjing, kucing, dan kuda pun kesulitan menemukan pekerjaan, menunjukkan bahwa efek visual sedang “memakan makan siang mereka”. Contoh paling nyata datang dari Ozu, anjing penyelamat milik sutradara James Gunn, yang mengambil peran sebagai Krypto dalam blockbuster “Superman” 2025. Anjing tersebut hampir seluruhnya dibuat secara komputer dalam produk akhir, meskipun ada anjing pengganti yang muncul di lokasi syuting.

Dua Sisi Mata Uang: Etika vs Autentisitas

Para pendukung tren ini berargumen bahwa AI dapat mengurangi perlakuan kejam dan eksploitatif terhadap hewan. “Kami tahu bahwa AI dapat digunakan seperti semua teknologi untuk kebaikan atau bahaya,” ujar Lauren Thomasson, direktur film dan TV People for the Ethical Treatment of Animals, kepada THR. “Dalam kasus ini, ini adalah salah satu cara AI dapat digunakan untuk hal yang sangat baik, yaitu mengakhiri penderitaan hewan di industri hiburan.”

Di sisi lain, kritikus berpendapat bahwa kita sedang kehilangan koneksi emosional autentik yang dapat diberikan oleh hewan sungguhan di layar – dan dengan menilai dari kelessuhan CGI Krypto dalam “Superman”, kita tidak bisa tidak setuju. Ketika teknologi seperti Google Gemini 2.5 semakin canggih dalam meniru perilaku manusia, pertanyaan tentang batasan antara realitas dan simulasi menjadi semakin relevan.

Persoalannya menjadi semakin kompleks ketika kita mempertimbangkan perkembangan teknologi di bidang lain. Seperti halnya game mobile dengan grafis HD terbaik yang semakin sulit dibedakan dari realitas, atau bahkan game survival terbaik Android yang menawarkan pengalaman imersif, batas antara yang asli dan buatan semakin kabur.

Masa Depan yang Tidak Pasti

Transformasi digital di industri hiburan tampaknya tidak dapat dihindari. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana kita bersedia mengorbankan keautentikan demi efisiensi dan penghematan biaya? Ketika hewan-hewan digital mulai mengambil alih peran yang selama ini diisi oleh makhluk hidup, apakah penonton akan tetap merasakan koneksi emosional yang sama?

Mungkin yang lebih mengkhawatirkan adalah efek domino dari fenomena ini. Tidak hanya aktor hewan dan pawang mereka yang terancam, tetapi seluruh ekosistem pendukung industri hewan hiburan bisa kolaps. Dari penyedia makanan hewan, dokter hewan set, hingga berbagai layanan pendukung lainnya – semuanya bisa terkena imbas jika tren ini terus berlanjut.

Seperti halnya dalam game anak terbaik di Android yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan melalui simulasi, atau aplikasi yang membantu tidur lebih nyenyak melalui teknologi, kita perlu mempertimbangkan dengan matang dampak jangka panjang dari setiap inovasi. Masa depan industri hiburan mungkin akan didominasi oleh teknologi, namun warisan emosional yang ditinggalkan oleh interaksi autentik antara manusia dan hewan mungkin akan sulit tergantikan.

Pertanyaannya sekarang adalah: akankah suatu hari nanti kita merindukan kedipan mata anjing sungguhan di layar, ataukah kita akan terbiasa dengan kesempurnaan artifisial yang ditawarkan oleh mesin? Waktu yang akan menjawab, sementara para bintang berbulu seperti Rocco harus terus berjuang mencari pekerjaan di era yang semakin digital.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI