Telset.id – Sebuah survei terbaru mengungkap fakta mengejutkan tentang penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam keputusan sumber daya manusia (HR). Menurut laporan dari ResumeBuilder.com, 6 dari 10 manajer mengaku menggunakan model bahasa besar (LLM) seperti ChatGPT untuk mengambil keputusan penting terkait karyawan, termasuk pemutusan hubungan kerja (PHK).
Survei yang melibatkan 1.342 manajer ini menunjukkan bahwa 66% responden menggunakan AI untuk memutuskan PHK, sementara 64% mengandalkannya untuk keputusan pemecatan. Bahkan, 1 dari 5 manajer mengaku sering membiarkan AI memiliki keputusan akhir tanpa campur tangan manusia.
ChatGPT menjadi alat yang paling banyak digunakan (lebih dari 50%), diikuti oleh Microsoft Copilot dan Google Gemini. Namun, keandalan AI dalam keputusan HR dipertanyakan karena kecenderungannya untuk memberikan respons yang bias atau tidak akurat.
Dampak Sosial yang Mengkhawatirkan
Penggunaan AI dalam keputusan HR tidak hanya berisiko secara teknis, tetapi juga berdampak pada kehidupan nyata karyawan. Masalah seperti “halusinasi AI” (respons yang dibuat-buat) dan “sikap menjilat” (brownnosing) dapat memengaruhi keputusan yang seharusnya bersifat manusiawi.
Beberapa kasus ekstrem bahkan menunjukkan bahwa ketergantungan pada AI telah menyebabkan krisis kesehatan mental, seperti yang terjadi pada beberapa pengguna yang mengalami “psikosis ChatGPT”. Fenomena ini memicu kekhawatiran serius tentang bagaimana teknologi ini digunakan dalam konteks yang memengaruhi nasib seseorang.
Baca Juga:
Perusahaan Teknologi dan Tren PHK
Fenomena ini terjadi di tengah gelombang PHK besar-besaran di industri teknologi. Beberapa perusahaan seperti Meta dan Twitter/X telah melakukan pemangkasan karyawan secara masif. Namun, penggunaan AI sebagai alat pengambilan keputusan PHK menambah kompleksitas masalah ini.
Para ahli HR memperingatkan bahwa keputusan yang melibatkan nasib manusia seharusnya tidak diserahkan sepenuhnya kepada mesin. Meskipun AI dapat membantu analisis data, faktor empati, keadilan, dan pertimbangan manusia tetap krusial.
Dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengadopsi AI untuk keputusan HR, diperlukan regulasi dan transparansi lebih lanjut untuk memastikan bahwa teknologi ini digunakan secara bertanggung jawab.