Telset.id, Jakarta – Setelah menanti selama 10 tahun, warga Palestina akhirnya bisa menikmati jaringan 3G kembali. Negara yang sedang berkonflik dengan Israel itu selama 10 tahun terakhir hanya bisa berkomunikasi lewat jaringan 2G, akibat diblokir oleh pemerintah Israel.
Konflik berkepanjangan antara Palestina dan Israel telah berimbas pada mandeknya pembangunan infrastruktur di negara tersebut. Salah satu yang terkena imbasnya adalah infrastruktur jaringan telekomunikasi.
Di saat negara-negara lain sudah mulai ancang-ancang mengembangkan teknologi jaringan 5G, di Palestina hingga kini masih berkutat dengan jaringan 2G. Ya, selama 10 tahun terakhir warga Palestina hanya bisa menikmati jaringan 2G untuk berkomunikasi.
[Baca juga: Indonesia akan Uji Coba 5G di ASEAN Games]
Tapi kini warga Palestina boleh bergembira, karena beberapa wilayah di negara tersebut, tepatnya di tepi Barat Palestina, sudah mulai bisa merasakan jaringan 3G mulai Selasa, 23 Januari 2018 lalu.
Seperti melansir dari laman Gadgets Now, dua perusahaan komunikasi, yakni Jawwal dan Wataniya adalah perusahaan pertama yang menawarkan paket jaringan 3G kepada masyarakat Palestina.
Selama ini akses jaringan 3G di Palestina terblokir, akibat adanya konflik perbatasan antara Palestina dengan Israel. Selama konflik ini, Israel memblokir akses perusahaan seluler Palestina di frekuensi yang diperlukan untuk menjalankan jaringan 3G.
Pemblokiran ini sendiri akhirnya dbuka, setelah ada kesepakatan antara pihak operator Palestina dengan pihak Israel.
[Baca juga: Nokia Siapkan Perangkat 5G untuk Olimpiade Jepang 2020]
“Kami meluncurkan 3G secara teknis dan komersial sekitar tengah malam pada hari Senin, ini adalah langkah strategis yang telah kami tunggu selama lebih dari 10 tahun, kami berharap ini berdampak positif pada komunikasi dan infrastruktur nasional,” ujar CEO Palter, Ammar Akel.
Palter adalah merupakan induk perusahaan dari Jawwal. Untuk saat ini, masih belum diketahui apakah layanan jaringan 3G ini akan bisa terus dilebarkan hingga Gaza atau tidak. Hal ini dikarenakan situasi di Gaza hingga saat ini masih cukup panas dan masih dalam pengawasan tentara Israel. [NC/HBS]