MASTEL dan Perkumpulan FTTH Bersatu Dukung Ekonomi Digital Indonesia

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta – Masyarakat Telematika Indonesia (MASTEL) dan Perkumpulan FTTH (Fiber to the home) hari ini menggelar acara bertajuk Indonesia FTTH Association Summit di Ritz Carlton Hotel, Jakarta.

Diadakan untuk pertama kalinya, acara yang didukung juga oleh Komentrian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) serta Huawei Indonesia ini diakui penyelenggara sebagai batu loncatan dalam pengembangan ekosistem pita lebar tetap (fixed broadband) untuk mendukung Agenda Ekonomi Digital Indonesia.

FTTH merupakan teknologi yang telah matang dan terstandarisasi, serta telah diadopsi secara luas sebagai tulang puggung teknologi fixed broadband, dengan serat optik sebagai media akses dari lingkungan rumah ke jaringan perkotaan. Teknologi ini mampu menyediakan kapasitas berbagi bandwidth hingga 10Gbps kepada para pelanggan.

Di Indonesia sendiri, seperti diutarakan Ketua Mastel, Kristiono, fixed broadband harus diakui masih ketinggalan jauh dari wireless broadband. Dia menyebut, selain persoalan Right of Way, ada juga persoalan investasi yang bisa dibilang jauh lebih mahal dari wireless broadband.

“Kalau untuk Right of way, seperti dikatakan Pak Rudiantara, solusinya kita sudah tahu, yakni ladership dari Pemda yang terkait. Sementara dari sisi Investasi, selain infrastruktur sharing, ada kemungkinan open access,” katanya dalam acara konferensi pers di Jakarta, Rabu (27/4).

Sebagai informasi, saat ini penetrasi kabel tembaga dan serat optik di Indonesia masih di bawah 15%, yang berarti masih ada sekitar 85% lagi yang masih belum tercakup oleh kabel tembaga ataupun serat optik. Oleh karena itu, FTTH sangat penting dalam menghubungkan rumah dengan aplikasi TIK yang nantinya dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi digital.

“Saat ini agenda ekonomi digital adalah prioritas bagi Indonesia dan akan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi negara. Namun, pengguna pita lebar di Indonesia baru mencapai 4.3 juta orang dan penetrasi pita lebar tetap baru sebesar 7%. Masih banyak celah pasar yang belum tergarap,” tambah Kristiono.

IFA dan Mastel akan bekerja sama untuk merumuskan regulasi dan mempromosikan infrastruktur berbagi antara para pelaku industri serta mendukung kebijakan pemerintah. Diharapkan proyek ini dapat menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia nantinya.

“MASTEL dan IFA akan memainkan peran yang sangat penting dalam mempercepat keterampilan dan keaksaraan dalam bidang TIK, kesiapan sosial, model bisnis, kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta, dan lain sebagainya,” pungkas Ketua IFA, Suwanto Gunawan. [IF]

ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI