Telset.id, Jakarta – Pemesanan atau pre order Huawei Mate 20 Pro di Eropa diklaim naik hingga 40 persen dibanding model sebelumnya, yakni Huawei Mate 10 pro. Ini artinya, sanksi embargo yang dijatuhkan kepada produk ponsel buatan Huawei belum terlalu efektif.
Dilansir PhoneArena, Kamis (1/11/2018), Huawei mengumumkan bahwa pemesanan tersebut telah mencapai rekor baru di Eropa Barat.
Tetapi raksasa teknologi terbesar China ini tidak mengungkapkan angkanya secara detail sehingga menimbulkan keraguan dikalangan warganet.
Pemumunan rekor ini termasuk singkat, mengingat Huawei belum seminggu memulai pengiriman smartphone flagship-nya itu. Kemungkinan pendorong larisnya Huawei Mate 20 Pro di Eropa adalah fitur-fitur yang dimiliki seperti tiga kamera dan warna gradien baru yang memberi kesan elegan dan mahal.
Sebelumnya, rekor itu dipegang oleh Huawei P20 Pro yang diluncurkan perusahaan tersebut pada awal tahun ini. Ponsel yang unggul dalam hasil jepretan kameranya ini diklaim terjual lebih banyak ketimbang tipe sebelumnya, yakni Huawei P10 Plus yang dinilai cukup berhasil.
Huawei Mate 20 Pro memiliki fitur premium dengan banderol yang jauh lebih tinggi daripada perangkat Huawei sebelumnya. Namun, hal yang dinilai lebih berperan dalam peningkatan pemesanan perangkat tersebut adalah promosi yang menarik konsumen.
Di Eropa Barat, promosi yang dilakukan adalah dengan memberikan Huawei Watch GT gratis setiap pembelian Huawei Mate 20 Pro. Selain di Eropa, pasar lainnya juga mendapat bonus sebagai bagian dari promosi seperti charger nirkabel gratis dan jam tangan setiap pembelian smartphone mahal itu.
Jika klaim ini benar, maka permintaan pre-order ponsel seri Mate 20 ini diproyeksi bisa menembus angka pengiriman P20 dan P20 Pro. Penjualan kedua ponsel kelas atas ini tercatat mencapai 6 juta unit hanya dalam waktu tiga bulan.
Sebelumnya Huawei akan menyematkan Mate 20 Pro dengan teknologi SuperCharge 2.0 tercepat di dunia. Perusahaan mengklaim bahwa 40W SuperCharge 2.0 akan mampu mengisi daya baterai sebesar 70 persen dalam 30 menit.
Seperti dikutip dari Indian Express, untuk mencapai teknologi SuperCharge 2.0, Huawei menggunakan rumus tegangan rendah dan arus tinggi. Hal ini membantu memaksimalkan jumlah arus yang dikirim ke perangkat, sementara pada saat yang sama meminimalkan kerugian efisiensi dan pelambatan.
Perusahaan menggunakan kerangka karbon nitrogen-doped pada baterai untuk meningkatkan interkalasi stabilitas dan juga deintercalation lithium.
Huawei mengklaim bahwa teknologi pengisiannya adalah TÜV Safety Certified, dengan cepat mengisi daya perangkat sambil mempertahankan suhu rendah. [WS/HBS]
Sumber: PhoneArena