Telset.id, Jakarta – Jaringan 5G dinilai dapat mendongkrak penjualan smartphone di Indonesia. Prediksi itu tak lepas dari kebiasaan konsumen Indonesia yang selalu penasaran dengan teknologi baru, termasuk jaringan seluler generasi kelima tersebut.
Menurut PR Manager Oppo Indonesia, konsumen di Tanah Air mulai penasaran dengan jaringan 5G. Bahkan dirinya sering ditanya kapan Oppo Reno 5G akan rilis di Indonesia.
“Konsumen Indonesia tipikal konsumen yang suka beli sesuatu yang baru. Sampai sekarang aja kita ditanyain Reno 5G kapan, padahal teknologinya aja belum diterapkan, tapi mereka (konsumen) udah mau beli aja,” kata Aryo di Jakarta Rabu (07/08/2019).
{Baca juga: Oppo K3 Hanya Dijual Secara Online, Segini Harganya}
Walaupun saat ini belum jelas kapan jaringan 5G resmi di Indonesia, tetapi Aryo yakin jika nantinya penjualan Oppo akan meningkat karena imbas dari implementasi jaringan tersebut.
“Konsumen Indonesia itu suka sesuatu hal yang baru dan pengen punya duluan. Itu sih yang mendongkrak. Maka jika teknologi 5G diterapkan ya memang bisa mendongkrak presentase penjualan Oppo di Indonesia,” ujar Aryo.
Aryo menambahkan jika peningkatan akan terjadi secara perlahan di fase awal. Tetapi seiring dengan pemerataan jaringan maka jaringan 5G bisa mendongkrak industri ponsel pintar di tanah air.
“Mungkin di awal-awal gak banyak karena pasti mahal. Mungkin kalau sudah merata nanti akan semakin naik,” tutup Aryo.
Isu mengenai jaringan 5G di tanah air masih ramai diperbincangkan. Terakhir Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengajak operator dan akademisi, untuk membuat kelompok kerja untuk mempelajari rencana implementasi jaringan 5G di Indonesia.
Menurut Direktur Penataan Sumber Daya, Ditjen SDPPI, Kemkominfo, Denny Setiawan pihaknya akan membentuk kelompok kerja atau working group untuk jaringan 5G. Adapun kelompok kerja tersebut terdiri dari BRTI, Operator Seluler, Operator Satelit, Vendor, Akademisi dan Asosiasi.
{Baca juga: Resmi Dirilis, Oppo K3 Bidik Anak Muda Kreatif}
“Ini (Jaringan 5G) harus diramu, dikaji. Makanya ada working group yang tidak hanya diisi teknis dan regulasi, tapi juga dari segi bisnis. Perlu kajian komprehensif yang melibatkan banyak pihak,” kata Denny di Jakarta beberapa waktu lalu. [NM/HBS]