Telset.id – Jika Anda mengira Qualcomm hanya fokus pada Snapdragon 8 Elite 2, bocoran terbaru dari Digital Chat Station (DCS) justru mengungkap strategi baru: SM8845, chipset yang dikabarkan bernama Snapdragon 8 Plus. Ini bukan sekadar varian minor, melainkan lini “sub-premium” dengan arsitektur custom Oryon core yang sebelumnya eksklusif untuk flagship.
Menurut DCS, SM8845 akan menjadi jawaban Qualcomm terhadap permintaan pasar akan performa tinggi dengan harga lebih terjangkau. Yang mengejutkan, chipset ini diklaim menggunakan desain core besar penuh (all-large-core) dengan clock speed minimal 3GHz – langkah berani yang biasanya hanya ditemui di prosesor kelas workstation.
Revolusi Arsitektur: Oryon Core Turun Kelas
Qualcomm sepertinya tak mau membiarkan Oryon core – desain custom mereka yang pertama kali diperkenalkan di Snapdragon 8 Elite – hanya menjadi cerita satu generasi. SM8845 akan mengadopsi sepenuhnya arsitektur ini, tetapi dengan konfigurasi yang lebih efisien. Ini mirip strategi Apple dengan chip A-series, di mana teknologi flagship perlahan merambah ke lini bawah.
Yang lebih menarik, SM8845 kemungkinan diproduksi dengan proses N3P TSMC – node canggih yang sama dengan yang digunakan Snapdragon 8 Elite 2. Ini berarti efisiensi daya dan kepadatan transistor yang hampir setara dengan flagship, sesuatu yang jarang terjadi di segmen mid-range.
Baca Juga:
Strategi Pasar: Oppo, Vivo, dan OnePlus Jadi Pelopor
Bocoran juga menyebut tiga vendor China – Oppo, Vivo, dan OnePlus – sedang mengembangkan perangkat berbasis SM8845. Yang unik, beberapa model dikabarkan akan dibekali baterai raksasa 8.000mAh, indikasi kuat bahwa chipset ini ditujukan untuk pengguna berat dan gaming marathon.
Jika bocoran akurat, Snapdragon 8 Plus bisa menjadi ancaman serius bagi MediaTek Dimensity 9000 series, yang selama ini mendominasi segmen “flagship killer”. Rilisnya diperkirakan Q4 2025, tepat saat persaingan chipset mobile memasuki babak baru.
Qualcomm belum memberikan konfirmasi resmi, tetapi langkah ini menunjukkan pergeseran strategi: alih-alih hanya berfokus pada lini flagship, mereka kini membidik segmen yang selama ini menjadi “area abu-abu” antara premium dan mid-range. Pertanyaannya: apakah konsumen siap menerima konsep “almost-flagship” dengan harga lebih manusiawi?