Telset.id, Jakarta – Menurut survei yang dilakukan Decluttr, rupanya para Apple Fanboy percaya iPhone yang mereka gunakan telah mendukung teknologi 6G. Baru-baru ini Decluttr mengadakan survei yang melibatkan 1.750 orang dewasa di Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan survei, sebagian besar pengguna Apple alias para Fanboy nyatanya tidak terlalu peduli dengan perkembangan teknologi di iPhone 12.
Decluttr mengungkapkan, 53% responden menyatakan bahwa mereka berencana membeli iPhone 12. Namun, 42% di antara pengguna yang berencana membeli iPhone 12 ternyata tidak tahu kalau seri iPhone tersebut akan dibekali teknologi 5G.
{Baca juga:Â Spesifikasi dan Harga Hp Apple Terbaru}
Dilansir Telset.id dari Apple World Today, Kamis (1/10/2020), 28% pengguna iPhone bahkan mengira kalau perangkat yang mereka pakai sudah berkemampuan 5G.
Sementara 16% dari mereka malah percaya iPhone yang mereka gunakan sudah mendukung jaringan 6G yang bahkan sama sekali belum hadir.
“Ketika ditanya alasan soal peningkatan, sebanyak 32% mengatakan motivasi utama mereka adalah kebetulan membutuhkan peningkatan atau operator kebetulan menawarkan opsi untuk upgrade,” jelas CMO Decluttr, Liam Howley.
Decluttr pun mengungkapkan hasil survei mereka soal upgrade ponsel. Pengguna smartphone biasanya membeli ponsel baru setiap satu (24%) hingga dua tahun (22%).
Ganti smartphone akan dilakukan karena kebutuhan, bukan soal adanya fitur baru yang inovatif. Mereka akan upgrade saat ponsel rusak (48%), ketika smartphone rusak tapi tidak dapat diperbaiki (41%), dan saat ponsel mereka sudah dianggap harus diganti (37%).
Liam mengatakan, sebagian besar pengguna sebenarnya tidak terlalu membutuhkan teknologi baru yang membuat mereka merogoh kocek lebih dalam.
{Baca juga: iPhone 12 akan Launching Perdana di Markas Samsung}
Pasalnya, sebagian besar responden menyatakan kepuasannya atas teknologi yang mereka punya, dan tidak ingin mengikuti perkembangan terbaru (69%). Bahkan, 64% di antaranya setuju jika model ponsel terbaru tidak terlihat begitu berbeda dengan versi lama.
Meski demikian, Liam menyebutkan masih banyak juga orang AS yang rela mengeluarkan banyak uang demi perkembangan teknologi yang pesat ini. (MF)
