Telset.id – Selama ini, robot humanoid lebih sering kita lihat berjalan goyah di atas panggung demo atau video viral di media sosial. Tapi, bagaimana jika robot berbentuk manusia itu benar-benar sudah bekerja di lini produksi, melakukan tugas rumit yang selama ini jadi domain pekerja manusia? Itulah klaim terbaru dari CATL, raksasa pembuat baterai kendaraan listrik (EV) dunia, yang mengagetkan industri. Mereka menyatakan telah menyelesaikan penerapan skala besar robot humanoid bernama Moz di pabrik baterai mereka. Bukan sekadar uji coba, ini klaim sebagai lini produksi baterai pertama yang menggunakan robot “kecerdasan terwujud” (embodied intelligence) secara masif. Apakah ini akhir dari era demo robot yang canggung dan awal revolusi otomasi yang sesungguhnya?
Jika Anda mengikuti perkembangan robotika, Anda pasti familiar dengan adegan-adegan yang sering kali membuat kita mengernyit. Robot humanoid yang tersandung karpet, menjatuhkan benda, atau sekadar berjalan lambat dengan gerakan kaku. Demonstrasi itu penting, tapi sering kali meninggalkan pertanyaan besar: bisakah mereka bertahan di lingkungan pabrik yang keras, berjam-jam, dengan presisi tinggi? CATL, melalui anak perusahaannya yang fokus pada robotika dan otomasi, Spirit AI, menjawab tantangan itu dengan Moz. Robot ini tidak ditempatkan untuk pekerjaan pick-and-place sederhana. Ia justru ditaruh di tahap kritis penjaminan mutu proses produksi: memasang konektor baterai.
Tugas memasang konektor mungkin terdengar sepele, tapi dalam dunia manufaktur baterai berteknologi tinggi, ini adalah pekerjaan yang membutuhkan tingkat presisi, konsistensi, dan kontrol gaya yang sangat hati-hati. Satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal pada kinerja dan keamanan produk akhir. Menurut CATL, Moz telah mencapai tingkat kinerja yang setara dengan pekerja manusia berpengalaman, dengan tingkat keberhasilan penyisipan konektor mencapai 99%. Angka yang hampir sempurna ini bukan datang dari pemrograman kaku, melainkan dari sistem visi end-to-end yang memungkinkan robot beradaptasi secara real-time.

Bayangkan Anda sedang memasang steker ke stopkontak yang sedikit miring. Anda secara otomatis akan menyesuaikan sudut tangan Anda. Moz melakukan hal serupa di tingkat industri. Robot ini mampu mengkompensasi ketidaksejajaran kecil pada material atau titik sambungan dengan menyesuaikan postur dan gerakannya secara langsung. Lebih dari itu, Moz memantau seberapa besar gaya yang diterapkannya, memastikan harness kabel terpasang dengan kuat tanpa merusak komponen yang rapuh. Ini adalah lompatan dari otomasi “buta” menuju otomasi “cerdas” yang kontekstual.
Klaim CATL ini menjadi sangat menarik ketika dikontraskan dengan laporan kesulitan yang dihadapi robot humanoid lain selama uji coba pabrik. Beberapa masalah yang sering muncul adalah sendi yang terlalu panas (overheating) dan kegagalan dalam perakitan mekanis yang kompleks. Banyak sistem yang menarik perhatian melalui demonstrasi publik, namun belum membuktikan kemampuan mereka untuk beroperasi terus-menerus di lingkungan industri yang menuntut. Penerapan Moz oleh CATL, jika terbukti berkelanjutan, bisa menjadi penanda bahwa robot humanoid mulai bergeser dari fase eksperimen menuju peran praktis yang menghasilkan pendapatan di lantai pabrik.
Baca Juga:
Waktu pengumuman ini juga patut dicermati. Sektor robotika humanoid China sedang berkembang pesat, dengan beberapa analis sudah memperingatkan potensi kelebihan kapasitas (overcapacity) serupa dengan yang pernah dialami negara itu dalam manufaktur EV. Dalam kondisi seperti itu, keberhasilan penerapan nyata menjadi kunci diferensiasi. CATL, sebagai pemain dominan di pasar baterai global, memiliki tekanan dan insentif besar untuk meningkatkan efisiensi dan konsistensi produksi. Pilihan mereka untuk mengintegrasikan robot humanoid di titik kritis proses menunjukkan keyakinan yang tinggi terhadap teknologi ini. Ini bukan tentang menggantikan manusia secara membabi buta, tapi tentang meningkatkan keandalan di area di mana kelelahan atau variasi manusia dapat mempengaruhi kualitas.
Lantas, apa artinya bagi masa depan? Penerapan robot seperti Moz membuka pintu untuk otomasi tugas-tugas perakitan yang lebih kompleks dan halus, yang sebelumnya dianggap terlalu sulit untuk mesin konvensional. Kemampuannya beradaptasi dengan variasi di lapangan adalah kunci. Namun, tantangan berikutnya adalah skalabilitas dan biaya. Apakah solusi ini akan menjadi standar baru di pabrik-pabrik baterai lainnya? Bagaimana dengan pemeliharaannya? Keberhasilan CATL kemungkinan akan memicu gelombang eksperimen serupa dari kompetitor, sekaligus mendorong inovasi lebih lanjut di bidang sensor visi, aktuator, dan algoritma kontrol gaya.
Perkembangan ini juga tak lepas dari lanskap teknologi pendukung yang matang. Sistem visi yang canggih, seperti yang digunakan Moz, adalah tulang punggung dari “kecerdasan”nya. Kemajuan di bidang pemrosesan gambar dan AI telah memungkinkan robot “melihat” dan “memahami” lingkungan kerjanya dengan lebih baik. Di sisi lain, tuntutan daya untuk robot yang bekerja tanpa henti juga menghadirkan tantangan tersendiri bagi baterai yang mereka gunakan, sebuah ironi yang menarik mengingat CATL adalah produsen baterai. Inovasi dalam kapasitas dan ketahanan baterai, bahkan hingga ke teknologi solid-state yang sedang berkembang pesat, akan menjadi faktor penentu untuk durasi operasional robot semacam ini. Bahkan, tren baterai berkapasitas sangat besar yang mulai merambah perangkat mobile, seperti upaya ponsel dengan baterai 10.000 mAh, mencerminkan kebutuhan universal akan daya tahan yang lebih lama, termasuk untuk mesin-mesin di lantai pabrik.
Jadi, apakah kita sedang menyaksikan titik balik? Demo robot humanoid yang spektakuler namun rapuh mungkin akan mulai kehilangan pesonanya. Yang datang menggantikan adalah laporan-laporan kinerja di lapangan, angka keberhasilan, dan penghematan biaya yang riil. CATL dengan Moz-nya telah melemparkan sarung tangan. Klaim “penerapan skala besar” dan “kinerja setara manusia” adalah tantangan terbuka bagi seluruh industri robotika. Sekarang, pertanyaannya bukan lagi “Bisakah robot humanoid berjalan?” tapi “Bisakah mereka bekerja dengan andal, hari demi hari, dan membuktikan nilai investasinya?” Jawaban atas pertanyaan itu akan menentukan apakah robot humanoid benar-benar siap meninggalkan panggung demo dan mulai mengotori tangannya di lantai pabrik yang sesungguhnya.

