Telset.id, Jakarta – XL Axiata menantang mahasiswa Program XL Future Leaders (XLFL) Batch 4 untuk menciptakan proyek perlindungan lingkungan hidup dalam ajang Social Innovation Project 2017.
Eka B. Danuwirana, Chief Corporate Affairs Officer XL Axiata mengatakan, hingga saat ini kita di Indonesia terus saja menghadapi problem perusakan lingkungan yang mengancam kehidupan masyarakat, misalnya kebakaran hutan, lahan kritis yang berdampak pada tanah longsor, penggundulan hutan yang menyebabkan banjir bandang, pengelolaan sampah perkotaan yang tidak menyeluruh, limbah industri yang terus saja mencemari sungai, pertambangan yang mengancam sumber air bersih, dan masih banyak lagi.
“Semua problem lingkungan seperti itu adalah persoalan yang perlu dipecahkan oleh mahasiswa XL Future Leaders, yang memang dididik untuk menjadi pemimpin di masa depan yang peduli terhadap keberlanjutan lingkungan,” ujar Eka dalam keterangannya di Jakarta.
Lebih lanjut Eka menjelaskan, XLFL ingin menciptakan pemimpin yang bermental entrepreneur namun punya kepedulian tinggi terhadap kehidupan sosial disekitarnya.
Jadi, setelah digembleng dengan semua materi XL Future Leaders yang tersaji secara komprehensif, maka pada tahun kedua sebelum menyelesaikan program, para mahasiswa wajib membuat karya yang bermanfaat bagi masyarakat Indonesia dan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang dicanangkan PBB.
Hingga saat ini telah masuk sedikitnya 31 proposal proyek dari para mahasiswa. Beberapa di antaranya adalah mengembangkan aplikasi deteksi emisi karbon di Yogyakarta, pelatihan mengolah sampah plastik dan kertas untuk meningkatkan ekonomi di Jakarta, Medan, Palembang, Depok, Makassar, Semarang, Kendari dan Menado.
Kemudian ada juga pembuatan saringan knalpot dari bahan alami di Pontianak, pengelolaan air sungai di bantaran sungai Deli, pengembangan eco-tourism di Aceh, Surabaya dan Padang. Di Ambon ada proyek pengembangan hukum adat “Sasi” untuk melindungi jenis-jenis ikan tertentu yang mulai langka di perairan setempat.
Sementara itu di Makassar ada pengembangan tanaman hias sistem Terarium di sebuah rumah susun untuk mencukupi kebutuhan oksigen sekaligus sebagai tanaman kesehatan.
Dalam setiap proyek, mahasiswa diwajibkan berpartner dengan komunitas masyarakat. Dengan demikian, ide dan karya mereka benar-benar merupakan solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat. Selanjutnya, masyarakat pun bisa mengadopsi karya mahasiswa.
Kelompok masyarakat yang disasar sebagai partner antara lain adalah Panti Asuhan, masyarakat petani dan nelayan, lembaga dan komunitas lingkungan, dan NGO lokal. Selain itu, disarankan juga untuk bisa menggandeng kelompok pendukung dan pegiat isu lingkungan, proyek air bersih, dan energi terbarukan, masyarakat budaya, dan pelaku pariwisata.
Hasil dari proyek ini antara lain berupa pengembangan aplikasi baru terkait pelestarian lingkungan, pengembangan terhadap aplikasi berbasis pelestarian lingkungan yang sudah ada, juga pengembangan kapasitas organisasi dan management di bidang sosial dan lingkungan.
Selanjutnya, bisa juga dalam bentuk penggunaan teknologi terapan dengan strategi komunikasi digital untuk penguatan isu lingkungan, atau menciptakan kampanye digital menggunakan berbaga sarana media digital, baik berupa website atau media sosial. Terakhir, diharapkan pula mahasiswa dapat membuat suatu program pelatihan lingkungan terpadu. (MS)