Telset.id, Jakarta – Twitter menghapus hampir 6.000 akun yang dianggap terkait dengan operasi informasi yang didukung Arab Saudi. Platform mengatakan, akun yang dihapus memperkuat pesan yang menguntungkan bagi otoritas Saudi.
Sementara sebagian besar konten dalam bahasa Arab, dilansir New York Post, Twitter mengatakan bahwa tweet atau cuitan juga memperkuat diskusi tentang sanksi di Iran dan penampilan oleh pejabat pemerintah Saudi di media Barat.
Total 5.929 akun yang dihapus adalah bagian dari grup yang lebih besar dari 88.000 akun yang terlibat dalam perilaku spam di berbagai topik. Namun, Twitter tidak mengungkapkan semuanya karena beberapa akun bisa dikompromikan.
{Baca juga: Barcelona, Neymar, dan Trump Paling Banyak Di-Tweet}
Dikutip Telset.id, Minggu (22/12/2019), Twitter mulai mengarsipkan tweet dan media yang dianggap terkait dengan operasi informasi yang didukung negara pada 2018.
Perusahaan media sosial telah berusaha menangani informasi yang tidak benar, terutama menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat pada tahun depan. Upaya tersebut menyusul “wahyu” bahwa Rusia membiayai ribuan iklan politik palsu pada 2016.
Pengumuman Twitter kali ini menggarisbawahi fakta bahwa kekhawatiran informasi yang salah tidak terbatas kepada AS dan Rusia. Sayang, Kedutaan Besar Arab Saudi di AS tidak segera merespons permintaan komentar menyoal hal itu.
Sekadar informasi, pada September 2019 lalu, Twitter menangguhkan akun milik mantan penasihat puncak putra mahkota Saudi, yakni Saud al-Qahtani, yang juga menjabat sebagai direktur federasi keamanan siber, karena melanggar kebijakan.
{Baca juga: Twitter Beri Label Khusus di Akun Politisi, Ini Alasannya}
Sebelumnya, bersama Facebook, Twitter juga telah menangguhkan jaringan akun palsu yang diyakini telah dioperasikan oleh pemerintah China. Kedua layanan media sosial ini melakukan penyelidikan operasi informasi terkoordinasi untuk mencegah akun provokator demo Hong Kong.
Penyelidikan yang dilakukan oleh Twitter dan Facebook untuk mengungkap potensi perselisihan politik yang sengaja dirancang di sekitar protes yang terjadi di Hong Kong. Twitter menemukan 936 akun yang dibuat di Republik Rakyat China. [SN/IF]