Penipuan Iklan Bikin Rugi Rp 500 M, Aplikasi Fintech jadi Sasaran

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, JakartaAd Fraud atau penipuan iklan membuat banyak aplikasi seluler di Indonesia merugi sampai miliaran Rupiah. Dari laporan AppsFlyer, aplikasi di Indonesia mengalami kerugian sampai Rp 500 miliar gara-gara penipuan iklan.

AppsFlyer melakukan evaluasi pada lebih dari 2.000 aplikasi mobile di Indonesia. Berbagai jenis aplikasi dilakukan penilaian, mulai dari fintech, gaming, belanja online, F&B, dan hiburan.

Baca juga: Serangan Trojan Mobile Banking Meningkat 60%

“Indonesia adalah salah satu dari dua negara dengan jumlah fraud iklan seluler tertinggi pada semester II 2021 di Asia Tenggara, setelah Vietnam, dengan jumlah kerugian mencapai hampir Rp 500 miliar,” tulis perusahaan atribusi dan analitik pemasaran itu.

Berdasarkan kategori aplikasi, AppsFlyer mengindikasikan bahwa aplikasi fintech, terutama layanan keuangan, aplikasi pinjaman dan perbankan memiliki rata-rata tingkat penipuan iklan tertinggi.

Nilai risiko terkait tindak kejahatan fraud untuk aplikasi Fintech bisa mencapai lebih dari Rp 350 miliar.

“Dengan jumlah sekitar lebih dari 15 bank digital di Indonesia dan tingkat instalasi applikasi keuangan tertinggi pada 2020, marketer aplikasi Fintech dihadapkan pada peluang dan tantangan secara bersamaan,” ujar AppsFlyer.

Penyebab mengapa risiko di fintech tinggi karena aplikasi ini tidak memiliki tingkat keamanan yang baik, sehingga dimanfaatkan pelaku untuk melakukan penipuan iklan seluler di dalam platform.

“Transformasi digital yang cepat dari sektor industri keuangan mendorong lebih banyak pelaku fraud untuk memanfaatkan celah di ranah aplikasi Fintech,” tambahnya.

Sementara itu terkait jenis ad fraud, AppsFlyer mencatat bahwa taktik fraud yang paling banyak digunakan adalah distribusi bot dengan persentase lebih dari lebih dari 41%.

Berdasarkan keterangan resmi pada Sabtu (12/3/2022), taktik distribusi bot adalah upaya untuk mensimulasikan klik iklan, instalasi, dan in-app engagement, serta menyamar sebagai pengguna yang sah.

Lewat taktik tersebut, pelaku penipuan mampu menguras sumber daya iklan untuk pengguna palsu yang tidak memiliki nilai profit nyata.

Taktik berikutnya adalah click flooding dengan persentase 32%. Cara taktik ini adalah mengirimkan sejumlah besar laporan klik palsu dengan tujuan mengambil keuntungan dari anggaran pemasaran aplikasi.

Baca juga: Aplikasi Fintech Paling Populer Saat Ini

Memasuki kuartal kedua tahun 2022, penting bagi perusahaaan aplikasi untuk menyadari risiko fraud pada kampanye dan anggaran iklan mereka.

“Memahami risiko fraud ini tentu akan membantu mereka memahami lebih baik dalam mengetahui dan mengatasi masalah tersebut,” tutup AppsFlyer. (NM/MF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI