Telset.id – Lulusan ilmu komputer (CS) kini menghadapi tantangan berat dalam mencari pekerjaan akibat gelombang PHK massal di industri teknologi dan maraknya penggunaan alat coding berbasis AI. Data dari Tech Layoff Tracker menunjukkan, rata-rata 592 pekerja di-PHK setiap hari.
Manasi Mishra, lulusan Purdue University, bercerita bagaimana impiannya bekerja di perusahaan teknologi pupus. “Sejak kecil, saya selalu diberi tahu bahwa belajar coding dan dapat gelar CS akan membuka pintu ke gaji besar,” ujarnya kepada New York Times. Namun setelah lulus musim semi ini, Mishra justru melamar pekerjaan di Chipotle — dan ditolak.
Survei NYT terhadap 150 mahasiswa dan lulusan baru mengungkap keputusasaan serupa. Angka terbaru dari Federal Reserve New York menunjukkan tingkat pengangguran lulusan CS mencapai 6,1%, lebih tinggi dari rata-rata nasional (5,8%). Lulusan teknik komputer bahkan lebih parah dengan pengangguran 7,5%.
Baca Juga:
Lamaran Ribuan, Hasil Nol
Zach Taylor (25 tahun) adalah contoh nyata. Lulusan Oregon State University ini telah mengirim 5.762 lamaran dalam dua tahun — hanya dapat 13 wawancara, tanpa hasil. “Ini pengalaman paling menjatuhkan moral,” katanya. Taylor bahkan ditolak McDonald’s karena “kurang pengalaman”.
Fenomena ini berbeda dengan krisis 2008 yang lebih banyak berdampak pada milenial. Kali ini, Generasi Z menghadapi tantangan ganda: PHK massal plus disrupsi AI yang mengambil alih pekerjaan entry-level.
Banyak lulusan merasa “tertipu” janji industri teknologi. Sebagian lain mengaku depresi melihat prospek yang “menghancurkan jiwa”. Tanpa perubahan signifikan, masa depan lapangan kerja teknologi bagi lulusan baru tetap suram.
Untuk bertahan, beberapa beralih ke pelatihan keterampilan baru, sementara yang lain mempertimbangkan karir di luar bidang teknologi. Namun solusi jangka panjang masih menjadi tanda tanya besar.