Kemkomdigi: AI Tidak Bisa Gantikan Dokter dalam Diagnosis Penyakit

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkomdigi) menegaskan bahwa kecerdasan buatan (AI) tidak dapat menggantikan peran dokter dalam mendiagnosis penyakit. Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Digital Bidang Sosial Ekonomi dan Budaya, R. Wijaya Kusumawardhana, menyatakan bahwa penggunaan AI untuk layanan kesehatan memiliki risiko tinggi, terutama dalam hal diagnosis.

“Pada layanan kesehatan, penggunaan AI tidak boleh sejauh itu karena berisiko tinggi. Ini menyangkut keselamatan nyawa seseorang,” kata Wijaya dalam keterangannya di Kantor Kemkomdigi, Jakarta, Jumat (12/7/2025).

Meskipun AI dapat membantu dalam proses diagnosis, pemeriksaan dan konsultasi langsung dengan dokter tetap diperlukan untuk memastikan akurasi hasil. Wijaya menekankan bahwa penyakit dalam atau kondisi medis kompleks memerlukan penanganan lebih hati-hati.

Peran Dokter Tetap Krusial

Wijaya menjelaskan bahwa dokter tidak bisa digantikan oleh AI karena diagnosis dan pengobatan pasien melibatkan kode etik kedokteran yang ketat. “AI menerbitkan resep sendiri itu tidak boleh karena harus berbasis pemeriksaan manusia,” ujarnya.

Ia mencontohkan, platform layanan kesehatan daring tidak dapat menangani semua penyakit, terutama yang berat dan kompleks. Pasien tetap perlu menjalani pemeriksaan langsung seperti MRI atau CT Scan untuk diagnosis yang tepat.

Regulasi AI dalam Tahap Legislasi

Kemkomdigi menargetkan regulasi terkait pemanfaatan AI akan memasuki tahap legislasi pada awal Agustus 2025. Wijaya mengatakan, saat ini pembahasan lintas kementerian dan lembaga terkait sedang berlangsung.

“Kami berharap akhir Juli atau awal Agustus sudah masuk legislasi. Regulasi ini nantinya akan berbentuk Peraturan Presiden (Perpres) atau tingkatan di atasnya,” jelasnya.

Regulasi ini diharapkan dapat mengatur penggunaan AI secara etis dan bertanggung jawab, termasuk dalam sektor kesehatan. Sebelumnya, beberapa perusahaan teknologi seperti Google telah memanfaatkan AI untuk menangani penyakit mematikan di India.

Wijaya juga menyinggung pentingnya integrasi etika dan inklusivitas dalam pengembangan AI. Hal ini sejalan dengan upaya global untuk memastikan teknologi AI digunakan demi kemanusiaan.

Sebagai informasi, perkembangan AI dalam dunia kesehatan terus meningkat, termasuk inovasi seperti Huawei Watch D yang dirancang untuk memantau tekanan darah pengguna.

TINGGALKAN KOMENTAR
Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI