Trump Perintahkan Perusahaan AS Hentikan Penjualan Software Chip ke China

REKOMENDASI

ARTIKEL TERKAIT

Telset.id – Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali memperketat perang teknologi dengan China. Melalui Biro Industri dan Keamanan (BIS), pemerintah AS memerintahkan perusahaan-perusahaan software desain chip terkemuka seperti Synopsys, Cadence Design Systems, dan Siemens EDA untuk menghentikan penjualan produk mereka ke China.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya Washington untuk membatasi akses China terhadap teknologi kunci dalam pengembangan chip generasi terbaru, termasuk untuk kecerdasan buatan (AI). Larangan ini dikeluarkan meskipun AS dan China baru saja menyepakati gencatan tarif selama 90 hari dalam perundingan di Jenewa.

Seorang pejabat Departemen Perdagangan AS menyatakan bahwa pemerintah sedang “meninjau ekspor yang memiliki signifikansi strategis ke China.” Dalam beberapa kasus, AS telah “menangguhkan lisensi ekspor yang ada atau memberlakukan persyaratan lisensi tambahan selama tinjauan berlangsung.”

Dampak Ekonomi dan Pasar

China merupakan pasar penting bagi perusahaan-perusahaan software desain chip AS. Synopsys mencatat pendapatan sekitar $1 miliar dari China pada tahun fiskal 2024, atau sekitar 16% dari total pendapatannya. Sementara itu, Cadence memperoleh sekitar 12% pendapatannya dari wilayah tersebut.

Pengumuman ini langsung berdampak pada pasar saham. Saham Synopsys turun 9,6%, sementara Cadence merosot 10,7%. Analis memperingatkan bahwa langkah ini bisa memicu ketegangan baru dalam gencatan tarif antara AS dan China.

Konteks Perang Teknologi

Ini bukan pertama kalinya AS membatasi ekspor teknologi chip ke China. Pada 2022, pemerintahan Biden telah membatasi penjualan software EDA paling canggih ke China. Namun, perusahaan-perusahaan masih bisa memasok produk dengan tingkat teknologi yang lebih rendah.

Langkah terbaru ini tampaknya lebih ketat, berpotensi memutus semua akses China terhadap software desain chip AS. Sebelumnya, AS juga telah memasukkan beberapa perusahaan chip China dalam daftar hitam dan membatasi ekspor peralatan chip canggih.

Christopher Johnson, mantan analis CIA untuk China, mengatakan bahwa langkah ini menunjukkan betapa rapuh gencatan tarif antara kedua negara. “Risiko gencatan ini bisa runtuh bahkan dalam masa jeda 90 hari selalu ada,” ujarnya kepada Financial Times.

AS dan China terus bersaing dalam penguasaan teknologi kritis. Seperti dilaporkan sebelumnya di Telset.id, China juga berupaya mengembangkan kapasitas komputasi AI-nya dengan menggunakan chip Nvidia.

Perang teknologi ini juga memicu klaim dari China bahwa chip buatan AS berbahaya, seperti dilaporkan dalam artikel Telset.id sebelumnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKINI

HARGA DAN SPESIFIKASI