JAKARTA – Samsung baru saja memperkenalkan dua smartphone andalannya, Galaxy S6 dan Galaxy S6 edge. Lewat kedua smartphone ini, Samsung menjawab permintaan konsumen untuk sebuah smartphone yang tak hanya indah, tetapi juga kokoh dan terampil.
Namun, ada yang berbeda kali ini. Samsung tidak lagi menggunakan material plastik yang selama ini identik dengan seri Galaxy-nya. Sebagai gantinya, pabrikan ponsel asal Korea Selatan ini menggunakan material logam yang tak hanya kokoh, tetapi juga terlihat elegan. Bisa dibilang, ini adalah sebuah produk yang terasa seperti buatan tangan, meskipun diproduksi secara massal.
“Konsumen selalu menunggu-nunggu smartphone terbaru dari Samsung. Secara spesific, berdasarkan studi, konsumen premium menginginkan sesuatu yang berbeda. Yang benar-benar baru. Dari mendengarkan apa kata konsumen, Samsung GALAXY S6 dan Galaxy S6 edge hadir sebagai smartphone premium kami yang berbeda dari semua smartphone yang ada di pasaran, baik dari segi desain maupun material yang dipergunakan,” jelas Vebbyna Kaunang, Direktur Marketing IT & Mobile PT Samsung Electronics Indonesia.
Tentu saja, itu belum termasuk sejumlah teknologi yang mengiringinya, seperti lapisan Gorilla Glass 4 di kedua sisinya (dengan teknologi kaca melengkung untuk Galaxy S6 Edge); kontrol foto yang lebih intuitif dan cepat – dengan beragam fitur hebat yang membuatnya menghasilkan kualitas gambar lebih baik, bahkan dalam gelap sekalipun; teknologi prosesor 14nm pertama di dunia; hingga solusi pengisian nirkabel nan unik.
Singkat kata, lewat kedua smartphone andalannya ini (Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge), Samsung tak hanya sekedar ingin unjuk gigi, tetapi juga berupaya untuk menciptakan standar baru bagi sebuah smartphone, entah itu terkait teknologi ataupun bentuk dan fungsi.
“Dengan perangkat ini, kami menetapkan dan mendefinisikan standar baru dalam teknologi smartphone,” tambah Vebby.
Seperti diketahui, Samsung merupakan perusahaan pertama yang memperkenalkan ponsel dengan layar melengkung – Anda masih ingat dengan Galaxy Note Edge bukan?, dan sekarang, Samsung kembali hadir dengan kemungkinan untuk lebih tinggi dengan menggabungkan keindahan dan kekuatan dalam satu kemasan.
Setiap aspek, mulai dari material dan bentuk hingga user experience (UX), benar-benar dipertimbangkan oleh para pengrajin di Samsung, dari perspektif yang sama sekali baru yang tak hanya berfokus pada estetika, tetapi juga kegunaan dan fungsi. Itu termasuk penggabungan elemen-elemen yang tidak biasanya digunakan secara bersama-sama, yang ternyata telah menciptakan keindahan yang tidak pernah dibayangkan. Ya, ada logam dan kaca di sana, garis-garis tegas dan kurva yang indah, serta tekstur visual yang tak terduga. Percaya atau tidak, ini bahkan terasa nyaman di genggaman.
Yah, meskipun tak bisa dipungkiri bahwa selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah keindahan, untuk sebuah smartphone dengan kualitas bangunan menawan. Dan itu adalah baterai yang tidak bisa dilepas pasang. Menyadari kebutuhan konsumen akan pentingnya peranan baterai, Samsung menawarkan waktu pengisian baterai yang lebih cepat. Bayangkan, saat kita di restaurant atau kafe, biasanya pesanan minuman/makanan datang dalam waktu 10 menit. Di saat minuman/makanan pesanan hadir, baterai Galaxy S6 telah terisi untuk pemakaian 4 jam. Sementara, setelah Anda menikmati minuman/makanan, biasanya kurang lebih 30 menit, baterai Galaxy S5 sudah 50% terisi. Ini berkat faster charging yang ditawarkan Galaxy S6 dan Galaxy S6 edge.
Layar Lengkung nan menawan
Tim desain Samsung ingin membuat tampilan Galaxy S6 Edge menjadi ‘pengalaman layar tak berujung’. Namun tentu itu bukan hal yang mudah. Diperlukan sedikit intrik teknis yang memungkinkan pelindung layar memiliki penampilan mengagumkan namun tetap kuat. Orang-orang di Samsung berkata, keahlian dan pengujian ekstensif adalah komponen inti dari strategi desain kami dari awal.
Dan jadilah desain melengkung Galaxy S6 Edge yang menawan itu. Karya ini, konon dihasilkan lewat sebuah teknologi unik bernama 3D Thermoforming yang dibuat dan disempurnakan oleh para ilmuwan di Samsung. Cara kerja teknologi ini adalah dengan menyisipkan kaca di antara dua cetakan, sebelum akhirnya dipanaskan pada suhu 800 derajat celcius. Pada suhu tersebut, kaca kemudian menjadi lentur, hingga dapat ditekan dan menghasilkan bentuk simetris. Dalam proses ini, kaca terbentuk dalam tiga arah sekaligus, sehingga menghasilkan bentuk melengkung.
Setelah proses 3D Thermoforming, kaca kemudian disempurnakan oleh mesin dengan presisi tinggi untuk menghindari kesalahan sekecil apapun. Prosedur produksi kaca Galaxy S6 dan S6 edge digabungkan dengan langkah mutakhir untuk menghasilkan proses akhir yang elegan. Proses ini seperti memoles bagian depan, samping, dan belakang sehingga benar-benar bening seperti kaca.
Tidak sampai di sana, untuk bagian belakang perangkat, Samsung juga memberikan kesan mewah dengan warna high glossy yang diproses menggunakan nano-thin multi-coating process. Proses ini merupakan penambahan lapisan pada bagian belakang dan depan dengan warna dinamis yang memantulkan cahaya ketika dilihat dari sudut yang berbeda.
Lalu bagaimana dengan bingkai metalnya? Seperti diketahui, kebanyakan smartphone yang ada biasanya menggunakan Almunium 6063. Namun tidak demikian dengan Galaxy S6 dan Galaxy S6 Edge, yang lebih memilih untuk datang dengan Almunium 6013 yang biasa digunakan untuk produk-produk yang membutuhkan daya tahan ekstrim seperti pesawat, mobil, kapal pesiar, dan sepeda gunung. Almunium 6013 ini , konon 1,5 kali lebih kuat dan 1,2 kali tahan gores jika dibandingkan dengan Almunium 6063.
Ada setidaknya 20 tahapan yang harus ditempuh Samsung untuk menghasilkan bingkai yang tipis. Tahapan ini meliputi prosedur yang membantu memberikan tekstur dan meningkatkan daya tahan – termasuk penggunaan mesin cetakan dengan presisi dan ekstrusi, pengukiran untuk mengintegrasikan komponen heterogen, pemotongan berlian dalam metal dan anodizing (untuk meningkatkan kekerasan permukaan dan memungkinkan pencelupan (pewarnaan).
Tapi tentu saja, pertanyaan lain akan muncul di kepala Anda, setelah melihat betapa tipisnya bingkai logam di kedua perangkat ini: apa yang akan terjadi dengan kinerja antenanya? Well, Samsung telah memikirkan hal itu dan menemukan solusinya dengan menerapkan teknik untuk mengelas antena ke bingkai logam itu sendiri dengan menggunakan pengelasan ultrasonik. Proses ini, konon membuat antena lebih stabil bagi lingkungan dan tahan terhadap dampak eksternal. (IF)