Telset.id, Jakarta – Dalam kasus lebih kritis terkait virus corona atau Covid-19, pasien mungkin perlu dihubungkan ke respirator atau katup untuk membantu pernapasan. Italia belakangan kekurangan stok katup pernapasan 3D untuk pasien corona.
Sekadar informasi, jumlah kasus pasien corona di Italia mencapai ribuan orang. Akibatnya, terjadi ketegangan yang luar biasa terhadap sistem perawatan kesehatan. Rumah sakit kehabisan katup pernapasan untuk orang-orang positif Covid-19.
{Baca juga: Printer 3D Terbesar di Dunia Bisa Cetak Kapal Boat}
Namun, seperti dikutip Telset.id dari Ubergizmo, Rabu (18/3/2020), sekelompok sukarelawan, menciptakan secara massal katup pernapasan 3D yang dibuat menggunakan mesin cetak 3D. Harganya cukup murah dan bisa dibuat dalam jumlah banyak.
Informasi menyebut, setiap katup pernapasan cetak 3D berharga sekitar USD 1 atau lebih kurang Rp 15.400. Harga tersebut jauh lebih murah ketimbang produk serupa dari produsen alat kesehatan yang dibanderol USD 11.000 atau Rp 170 jutaan.
Para sukarelawan awalnya meminta kepada produsen untuk memberi akses cetak biru katup pernapasan. Namun, permintaan itu ditolak. Bahkan, mereka diancam oleh produsen dengan gugatan pelanggaran hak paten produk.
Supaya hal tersebut tak lanjut menjadi polemik, para sukarelawan menegaskan bahwa upaya itu bertujuan untuk membantu menyelamatkan nyawa. Mereka menyatakan tidak berniat membagikan gambar atau mendapat untung dari pembuatannya.
{Baca juga: Mimpi ke Mars, Dua Sahabat Ini Bikin Roket dari Printer 3D}
Seorang sukarelawan, seorang ahli percetakan 3D dan periset penelitian dan pengembangan di Lonati SpA, Michele Faini, mengatakan bahwa pasien adalah orang-orang yang berada dalam bahaya hidup. “Sudah saatnya kami bertindak,” tandasnya.
Sebelumnya, para peneliti dari University of Toronto, Kanada, mengembangkan printer 3D kulit berukuran portabel. Perangkat itu bisa menempelkan kulit 3D di lengan atau bagian tubuh lain.
Menurut laporan Digital Trends, para peneliti mengatakan bahwa alat tersebut adalah printer 3D pertama yang bisa membentuk kulit secara langsung di atas luka dalam waktu cuma kurang dari dua menit.
Para peneliti menyatakan, printer yang mudah digenggam maupun dioperasikan itu mampu seketika mencetak lapisan jaringan kulit untuk menyembuhkan dan menutupi luka.
{Baca juga: Ilmuwan Ciptakan Kornea Mata Pakai Printer 3D}
Mereka menambahkan, teknologi yang diterapkan di printer tersebut serupa dengan cangkok kulit. Bedanya, printer 3D buatan para ilmuwan tidak memerlukan kulit sehat dari donor untuk dicangkokkan kepada objek
Ada banyak mesin yang memiliki cara kerja sama dengan printer kulit ini. Akan tetapi, perangkat serupa yang sudah ada hanya dipakai untuk pengembangan, bukan untuk keperluan medis. [SN/HBS]