Kominfo: Masyarakat Masih Belum Tahu Konsekuensi “Ruang Digital”

Telset.id, Jakarta – Masyarakat Indonesia saat ini sudah memasuki era digital. Namun, diungkapkan Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan, masih banyak masyarakat yang belum paham bahwa di era ini, mereka pun masuk ke sebuah “ruang digital” yang sangat terbuka dengan berbagai konsekuensinya.

Masyarakat kita di era digital ini sudah menjadikan digital sebagai bagian dari realitas. Ruang digital sudah menjadi bagian kita,” katanya, dalam pembukaan Seminar Nasional: Tren Edutech 2020 Menuju Indonesia Maju yang diselenggarakan oleh Telset.id, Kamis (20/02/2020).

Ia mengatakan, banyak masyarakat Indonesia di era digital yang belum sadar terhadap konsekuensi dari ruang digital ini.

Menurut Semuel, ruang ini dianalogikan sebagai ruangan kaca. Di ruangan tersebut, seluruh tingkah laku dan jejak digital masyarakat di internet bakal tercatat.

“Dalam ruang digital, semua tingkah laku kita itu tercatat di jejak digital. Ibaratnya, ruang digital itu seperti ruang kaca yang membuat semua orang bisa lihat,” ujar Semuel.

{Baca Juga: Duh! Kominfo Kembali Temukan 86 Konten Hoaks Virus Corona}

Lebih lanjut, di dalam ruang digital pula, apapun yang masyarakat akses, baca, lihat, dengar, sampai tonton, tidak bisa dianggap benar sampai sumbernya benar-benar dipercaya. Di sini, mereka harus benar-benar mencari sumber yang kredibel untuk mendapatkan informasi yang benar.

Era digital Indonesia
Foto ki-ka: Fernando Uffie (Founder Kelas Pintar), Semuel Abrijani Pangerapan (Dirjen Aptika Kominfo), dan Nurhamzah (CEO Telset.id) di acara Seminar Nasional Tren Edutech 2020: Menuju Indonesia Maju. (Foto: Mirza Garibadi)

Sayang, pada kenyataannya masih belum banyak masyarakat yang sadar soal konsep ruang digital ini. Sehingga, masih ada saja orang-orang yang percaya soal hoaks, mengakses konten negatif, dan lainnya.

“Karena belum paham dan sadar. Kesadaran ruang digital itu adalah tidak bisa bersembunyi, kalau sudah sadar, pasti kita tidak berani melakukan yang aneh-aneh. Kalau mereka tahu itu, mereka akan lebih berhati-hati,” jelas Semuel.

Untuk itu, pemerintah berupaya membuat perlindungan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Salah satu di antaranya adalah dengan memberikan edukasi pada masyarakat mengenai konsekuensi di era digital.

{Baca Juga: Menkominfo Berencana Gunakan SMS untuk Lawan Hoaks Corona}

“Dibutuhkan semacam edukasi untuk membentuk digital society, yakni masyarakat yang paham tentang konsep ruang digital ini. Agar ke depannya, masyakarat secara luas bisa tahu dan membedakan mana konten yang baik dan buruk,” sambungnya.

Dari terciptanya digital society tadi, bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi digital talent, sampai pada akhirnya membentuk beberapa startup sampai menjadi unicorn asli Indonesia, sesuai target presiden RI, Joko Widodo.

“Di sini, presiden punya target 50 juta orang yang harus bertransformasi dan paham soal ruang digital atau disebut Digital Society. Kemudian Digital Talents. Kita membekali anak-anak muda kita menjadi pengusaha. Target presiden adalah membentuk 3 unicorn lainnya,” pungkasnya. (HR/MF)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

ARTIKEL TERKAIT

REKOMENDASI
ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI