Amazon Ancam Pecat Karyawan yang Suka Kritik Kebijakan

REKOMENDASI
ARTIKEL TERKAIT

Telset.id, Jakarta  – Amazon ancam akan pecat karyawan yang baru-baru ini mengkritik kebijakan lingkungan di Washington Post. Seperti diketahui, Washington Post adalah surat kabar yang dimiliki oleh bos Amazon, Jeff Bezos.

Seorang pengacara Amazon menulis kepada setidaknya dua pekerja aktivis, Maren Costa dan Jamie Kowalski, setelah memberikan pernyataan kritik bersama kepada Washington Post pada Oktober 2019 lalu.

{Baca juga: Kalah dari Microsoft, Amazon Gugat Pentagon}

Menurut laporan New York Post, dikutip Telset.id, Jumat (3/1/2020), Maren Costa dan Jamie Kowalski mengkritik Amazon karena menyediakan layanan komputasi awan untuk perusahaan minyak dan gas.

Pengacara Amazon, Eric Sjoding, memperingatkan seorang pekerja yang dituding telah melanggar kebijakan komunikasi perusahaan. Ia menyebut, pelanggaran lebih lanjut akan membuahkan tindakan korektif.

Bahkan, yang bersangkutan bisa dipecat jika secara frontal terus-terusan mengkritik kebijakan Amazon. Ternyata, Maren Costa dan Jamie Kowalski tak sendiri. Ada karyawan lain bernama Emily Cunningham.

Ia juga bersikap kritis terhadap sikap kebijakan lingkungan Amazon. Ia mengaku telah diperingatkan oleh perusahaan dalam pertemuan Oktober 2019 lalu. Kata manajemen, ia telah melanggar aturan komunikasi.

{Baca juga: Curi Apple Watch, Empat Karyawan Amazon Diciduk Polisi}

Amazon memperbarui kebijakan pada tahun lalu untuk meminta justifikasi bisnis terkait pernyataan secara terbuka tentang perusahaan. Sayang, mengenai hal tersebut, pihak Amazon belum bisa dimintai konfirmasi.

Perusahaan milik Jeff Bezos ini nampaknya memiliki hubungan yang kurang harmonis dengan karyawannya. Pada Maret 2019 lalu, para karyawan Amazon melakukan aksi protes yang disusul mogok kerja kembali terjadi di lingkungan Amazon.

Aksi tersebut digelar di fasilitas Amazon di Minnesota, Amerika Serikat oleh pekerja yang diorganisir melalui kelompok masyarakat Afrika Timur, Awood Center.

Seperti dilaporkan Gizmodo, kelompok ini telah meminta para petinggi perusahaan untuk melakukan negosiasi pada bulan November dan melakukan protes massal di luar fasilitas mereka sebulan kemudian.

Sekarang, Awood yang mayoritas terdiri dari pekerja di departemen penyimpanan di fasilitas MSP1 di Shakopee, Minnesota, memutuskan untuk mogok massal.

{Baca juga: Karyawan Amazon Kembali Mogok Massal, Ada Apa Lagi?}

Adapun keluhan yang disampaikan — ditulis di buku catatan resmi dan diposting di Facebook — masih sama seperti tahun lalu, yakni terkait ketergantungan yang berlebihan pada pekerja temporer, kurangnya self-determination, dan yang terpenting, ritme kerja yang kurang manusiawi, hingga tidak memungkinkan untuk istirahat ke kamar mandi dan sholat.

Untuk diketahui, Minnesota banyak dihuni oleh orang Somalia, yang mayoritas dari mereka adalah Muslim yang taat. [SN/HBS]

Sumber: NY Post

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini


ARTIKEL TEKINI
HARGA DAN SPESIFIKASI