Telset.id, Jakarta – Teknologi Artificial Intelligence (AI) terus berkembang ke segala sektor. Baru-baru ini peneliti telah mengembangkan teknologi AI yang dapat memprediksi resiko kematian dari kondisi jantung manusia.
Para peneliti di Computer Science and Artificial Intelligence Laboratory Massachusetts Institute of Technology (CSAIL MIT) telah mengembangkan mesin pembelajaran yang bernama RiskCardio.
{Baca juga: Google Latih AI untuk Mendeteksi Kanker Paru-paru}
Dilansir Telset.id dari Engadget pada Senin (16/09/2019), teknologi tersebut dapat memperkirakan risiko kematian karena masalah kardiovaskular yang menghalangi atau mengurangi aliran darah. Caranya mereka akan membaca Elektrokardiogram (EKG) selama 15 menit.
EKG merupakan grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Lewat data tersebut, RiskCardio akan menentukan apakah seseorang akan mati dalam 30 hari, atau bahkan hingga satu tahun kemudian.
Pendekatan ini didasarkan pada gagasan bahwa variabilitas yang lebih besar antara detak jantung mencerminkan risiko yang lebih besar. Para ilmuwan melatih RiskCardio lewat data historis untuk hasil pasien.
Jika seorang pasien selamat, detak jantung mereka dianggap relatif normal jika seorang pasien meninggal, aktivitas jantung mereka dianggap berisiko. Skor risiko tertinggi datang dengan rata-rata prediksi dari setiap set detak jantung berturut-turut.
Namun teknologi AI ini masih perlu disempurnakan. Peneliti CSAIL MIT perlu memperbaiki data pelatihan untuk memperhitungkan usia, latar belakang etnis, dan gender yang lebih banyak. Jelas perlu analisa yang akurat karena menyangkut hidup mati seseorang.
{Baca juga: Peneliti Kembangkan Teknologi AI untuk Deteksi Alzheimer}
RiskCardo sendiri dapat mempermudah dokter untuk menilai kesehatan pasien dan memutuskan tingkat perawatan yang sesuai. Memang perkembangan teknologi AI semakin berguna untuk kesehatan manusia.
Tahun lalu peneliti sedang melakukan pengembangan supaya teknologi AI mampu mendiagnosis penyakit Alzheimer lebih awal. [NM/HBS]
Sumber: Engadget