Telset.id, Jakarta – Para peneliti dari Pusat Studi Bumi dan Planet di Museum Udara dan Antariksa Nasional Smithsonian menemukan fakta bahwa ukuran Bulan menyusut. Dalam beberapa ratus juta tahun terakhir dari total lebih dari 4,5 miliar tahun di ruang angkasa, garis sabuk Bulan berkurang 150 kaki.
Dilansir Newswise, menurut peneliti bernama Thomas Watters, kontraksi Bulan pun berlanjut dan mengakibatkan rekahan permukaan secara berkelanjutan.
Kesalahan dorong tersebut merupakan pemicu gempa Bulan. Beberapa gempa Bulan bisa menjadi cukup kuat, mencapai skala 5 skala Richter.
Seperti dikutip Telset.id, Kamis (16/05/2019), menggunakan algoritma baru untuk menunjukkan asal gemuruh dangkal yang dihasilkan oleh jaringan patahan, ilmuwan menganalisis data seismometer yang ditempatkan di permukaan Bulan selama misi Apollo.
Dengan memetakan asal gempa menggunakan seismometer, ilmuwan menemukan delapan dari 28 gempa dangkal berada di 18 mil dari Bulan yang terlihat. Sementara enam dari delapan gempa terjadi ketika Bulan berada di titik terjauh dari Bumi, terutama saat ada tekanan tambahan pasang surut.
“Sangat terbuka kemungkinan delapan gempa itu disebabkan kesalahan ketika stres meningkat. Pada saat bersamaan, kerak bulan dikompresi oleh kontraksi global dan kekuatan pasang surut. Seismometer Apollo mencatat Bulan yang menyusut dan Bulan yang masih aktif secara tektonik,” ujar Watters.
{Baca juga: Uji Coba Terakhir, Roket New Shepard Terbangkan Manusia ke Bulan}
Para peneliti dari Pusat Studi Bumi dan Planet di Museum Udara dan Antariksa Nasional Smithsonian akan terus menganalisis data seismik dari seismometer Apollo. Mereka bakal pula memantau secar aintensif gambar kesalahan Bulan. Harapannya, mereka bisa mengungkap bukti tambahan dari gempa Bulan.
“Membangun jaringan seismometer baru di permukaan Bulan harus menjadi prioritas. Tujuannya untuk eksplorasi manusia di Bulan, baik dalam misi mempelajari lebih lanjut tentang interior maupun menentukan berapa banyak bahaya gempa yang hadir,” timpal Renee Weber, seismolog di lembaga luar angkasa NASA. (SN/FHP)
Sumber: Newswise