Telset.id, Jakarta – Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menyebut aksi penembakan satelit menggunakan misil oleh India adalah tindakan yang buruk. Sebab, penembakan itu telah mengembuskan lebih dari 400 puing di luar angkasa.
NASA bahkan mengungkapkan, tindakan India berpotensi membahayakan stasiun luar angkasa internasional (ISS) beserta para astronot di dalamnya.
Aksi ngawur India tersebut dianggap sangat tidak sesuai dengan tujuan penerbangan luar angkasa umat manusia.
{Baca juga: Tembak Jatuh Satelit, India Jadi Kekuatan Luar Angkasa Baru}
Administrator NASA, Jim Bridenstine, menyampaikannya pada acara siaran langsung di YouTube saat pertemuan dengan para pegawai NASA di Town Hall.
“Hal tersebut tidak dapat diterima. NASA merasa perlu menjelaskan mengenai dampaknya,” ucap Bridenstine, seperti dilansir CNN.
India berhasil meluncurkan misi Shakti pada 27 Maret 2019 lalu. Tujuannya untuk menghancurkan satelit yang tidak lagi terpakai dan masih ada di orbit. India pun mengklaim jadi negara keempat yang berhasil menyelesaikan misi itu.
Penghancuran satelit India disebutkan Bridenstine menghasilkan 400 puing. Dikutip Telset.id, Rabu (3/4/2019), NASA kini melacak 60 puing di antaranya. Sebagian puing bahkan melesat di orbit yang ada di atas ISS sehingga berpotensi membahayakan.
“Risiko di ISS sekarang naik 44 persen. Beruntung, ISS memiliki prosedur darurat jika tiba-tiba ditemukan sampah luar angkasa yang akan menghantam. Para kru memiliki kapsul sekoci yang bisa membawa kembali ke Bumi,” jelas Bridenstine.
Baca juga: April 2019, NASA akan Kirim Sembilan Astronot ke ISS
Lantaran dilakukan di orbit bawah, penghancuran satelit yang dilakukan oleh India tak separah penghancuran oleh China. Pada 2007, China juga melakukan peluncuran misil antisatelit dan sisa puing masih mengelilingi Bumi hingga sekarang.
NASA kini memantau 23.000 serpihan benda ruang angkasa yang melayang di orbit dengan besar lebih dari 10 sentimeter. Sepertiga dari debu ruang angkasa itu dibuat ketika China meledakkan satelit, disusul ledakan serupa oleh AS dan Rusia pada 2009. [SN/HBS]
Sumber: CNN