Telset.id, Jakarta – Isu mengenai perusahaan Unicorn menjadi salah satu materi menarik dalam Debat Capres pada Minggu (17/2) kemarin. Khususnya saat Jokowi menanyakan soal Unicorn di Indonesia kepada Prabowo. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan perusahaan Unicorn?
Pada Debat Kedua di Hotel Sultan Jakarta, Minggu (17/02/2019) isu ini diawali saat Capres nomor urut 01, Jokowi menanyakan soal masalah Unicorn kepada capres nomor urut 02 Prabowo Subianto.
Ketika itu, Jokowi menanyakan kepada Prabowo terkait strateginya untuk mendukung pengembangan infrastuktur untuk mendorong perusahaan rintisan atau startup Indonesia menjadi Unicorn.
Kemudian ada kejadi menarik, saat Prabowo menanyakan balik kepada Jokowi terkait maksud Unicorn yang ditanyakan mantan Walikota Solo itu. “Unicorn yang bapak maksud yang online-online itu ya?” tanya Prabowo.
Jokowi pun tidak menjawab tetapi memberikan gestur berupa anggukan setuju saja. Prabowo pun menjelaskan mengenai strateginya untuk mengembangkan Unicorn, salah satunya adalah dengan memudahkan regulasi.
{Baca juga: Menkominfo: Startup dan Unicorn Kunci Ekonomi Digital Nasional}
Ucapan Prabowo ini pun sontak menjadi perbincangan warganet khususnya atas reaksi Prabowo yang dinilai tidak paham soal industri digital, definisi Unicorn itu sendiri.
Apa itu Perusahaan Unicorn?
Istilah Unicorn awalnya adalah merupakan nama makhluk mitologis yang berwujud kuda dengan sebuah tanduk di dahi. Hewan tersebut merupakan hewan mitologis di kebudayaan Skotlandia yang kabarnya darah dari Unicorn jika dikonsumsi dapat membuat manusia hidup abadi.
Namun di era digital, istilah Unicorn memiliki makna yang berbeda. Unicorn di era digital pertama kali muncul sejak tahun 2013 lalu. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Aileen Lee, pendiri perusahaan permodalan Cowboy Ventures.
Dilansir dari Feedough, ketika itu Aileen menyebut jika ada 39 startup yang memiliki nilai valuasi lebih dari $1 miliar atau Rp 14 triliun berstatus sebagai Unicorn. Hingga kini istilah Unicorn masih berlaku dan diberikan kepada perusahaan yang nilai valuasinya telah lebih dari $ 1 miliar.
Menurut Bhima Yudistira Adhinegara, peneliti di Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), bahwa ucapan Aileen menjadi patokan untuk memberikan kriteria kepada perusahaan startup.
“Valuasi diatas $ 1 miliar. Itu kriterianya,” ucap Bhima kepada Tim Telset.id pada Senin (18/02/2019) melalui pesan WhatsApp.
Terdapat 5 karakter perusahan Unicorn. Karakter-karakter tersebut yang membedakan Unicorn dengan perusahaan lainnya. Karakter pertama adalah pada inovasi yang dijalankan. Perusahaan Unicorn memberi gebrakan baru dalam hal inovasi.
Misalnya ada Unicorn yang berfokus pada bidang transportasi. Mereka memanfaatkan kecanggihan teknologi sehingga Anda bisa memesan transportasi melalui aplikasi di smartphone.
Karakter kedua adalah Keuntungan pada Tahap Awal. Maksudnya melalui inovasi yang ditawarkan perusahaan Unicorn memiliki keuntungan yang besar saat tahap awal.
Karakter ketiga adalah Penggunaan Teknologi Digital yang Masif. Teknologi yang dimiliki oleh Unicorn biasanya terdiri dari 87% perangkat lunak, 7% perangkat keras dan 6% perangkat lainnya.
{Baca juga: Empat CEO Unicorn Indonesia akan Berkumpul, Ada Apa?}
Hampir semua unicorn sampai sekarang telah memanfaatkan pasar yang mengalami perubahan paradigma teknologi. Uber membawa pemesanan taksi melalui ketukan telepon, aplikasi Airbnb memungkinkan untuk berbagi melalui internet sedangkan Dropbox memanfaatkan teknologi berbasis cloud.
Karakter keempat adalah berfokus pada Konsumen. Setidaknya hampir dari 62% dari unicorn memiliki model bisnis yaitu untuk mempermudah dan terjangkau bagi konsumen.
Misalnya aplikasi Spotify membuat konsumen lebih mudah untuk mendengarkan musik dunia, atau aplikasi Instacart memungkinkan Anda memesan bahan makanan dengan satu ketukan aplikasi. Karakter kelima adalah Perusahaan Swasta.
Maksudnya adalah sebagian besar Unicorn adalah perusahaan swasta yang mendapatkan penilaian ketika perusahaan besar mengakuisisi atau berinvestasi di dalamnya.
Unicorn di Indonesia
Di Indonesia sendiri saat ini terdapat 4 Unicorn dengan nilai valuasinya masing-masing. Dikutip dari CBInsights, keempat Unicorn tersebut masuk dalam daftar 300 unicorn dunia yang memiliki nilai valuasi diatas $ 1 miliar.
Dari data tersebut di urutan pertama adalah Go-Jek. Perusahaan yang didirikan oleh Nadiem Makarim tersebut memiliki nilai valuasi sebesar $ 10 Miliar atau Rp 140 triliun.
Pada data tersebut dijabarkan bahwa perushaan tersebut mendapatkan dukungan dana dari beberapa investor seperti Formation Group, Squoia Capital India dan Warburg Pincus.
Kemudian pada posisi kedua adalah Tokopedia. Perushaan ecommerce tersebut memiliki nilai valuasi yakni $ 7 miliar atau Rp 98 triliun. Perusahaan yang didirikan oleh William Tanuwijaya itu mendapat investasi dari Softbank Group, Alibaba Group dan Sequoia Capital India.
{Baca juga: Valuasi Operator Disamai Unicorn, Telkom Terancam?}
Di posisi ketiga ada Unicorn yang bergerak di bidang industri perjalanan yakni Traveloka. Perusahaan tersebut memiliki nilai valuasi sekitar $ 2 miliar atau Rp 28 triliun dimana investasi Traveloka didapatkan dari Global Founders Capital, East Ventures dan Expedia Inc.
Di posisi keempat adalah Bukalapak dengan nilai valuasi $ 1 miliar atau Rp 14 triliun. Mereka yang berinvestasi di perusahaan ecommerce tersebut adalah 500 Startup, Batavia Incubator dan Emtek Group. [NM/HBS]