Telset.id, Jakarta – Perusahaan asal Inggris Bristol Braille Technology akan meluncurkan e-reader atau buku Braille digital bagi penyandang tuna netra. Buku digital ini sebagai alternatif yang memungkinkan mereka membaca lebih praktis, tanpa harus terbebani buku cetak yang besar.
Bristol menghabiskan enam tahun untuk mengembangkan e-reader yang mereka beri nama Canute 360. Alat ini diharapkan akan membuat e-book Braille menjadi lebih praktis dan menyenangkan.
E-reader terbaru ini dapat menampilkan hingga sembilan garis titik Braille yang dinaikkan secara bersamaan. Sebuah kemajuan yang besar pada perangkat yang selama ini hanya menampilkan satu garis.
Seperti diketahui, Braile pertama kali dikembangkan oleh Louis Braille pada abad ke 19. Alfabet yang dibuat dalam bentuk titik-titik tersebut telah membawa kesenangan membaca bagi mereka yang buta, maupun yang mengalami masalah penglihatan.
{Baca juga: Aplikasi Ini Bisa Bantu Tuna Netra ‘Melihat’}
Namun dalam bentuk cetak, buku Braille, kurang nyaman dan susah dibawa karena ukurannya. Misalnya, salinan Alkitab dengan huruf braille tebalnya bisa mencapai 5 kaki (1,5 meter). Bristol berharap dapat mengubahnya dengan meluncurkan Canute 360, “Kindle bagi Tunanetra” yang terbaru.
Kindle ini nantinya akan menjadi buku elektronik dengan multi garis pertama di dunia yang menampilkan 9 baris bacaan dalam satu waktu atau sekitar tiga halaman dari cetakan biasa.
“Artinya kita hanya perlu menekan tombol untuk lanjut setiap 360 karakter sekali, daripada 20 karakter sekali,” kata Stephanie Sergeant, dari Vision Through Sound, sebuah perusahaan yang bekerja sama dengan Bristol Braille.
Kindle khusus untuk penyandang tuna netra ini akan memperbarui setiap baris dalam satu waktu, dimulai dari atas. Meski butuh beberapa saat untuk memperbarui semua baris, tapi pengguna bisa langsung membaca, segera setelah menekan tombol selanjutnya.
Teks apapun yang telah diterjemahkan ke dalam format huruf Braille, dapat diunduh ke Canute. Hal ini memungkinkan pengguna untuk memiliki banyak bahan bacaan.
Saat ini, jumlah penyandang tunanetra yang dapat membaca huruf Braille, yang terbentuk dari kombinasi satu hingga enam titik, mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena ketergantungan terhadap teknologi deskripsi audio.
{Baca juga: Peneliti Kembangkan Teknologi AR untuk Penyandang Tuna Netra}
Padahal, belajar membaca secara signifikan dapat meningkatkan angka melek huruf di kalangan tunanetra. Harapannya, dapat membuka peluang pendidikan dan pekerjaan bagi orang-orang dengan kehilangan penglihatan.
“Berbagai inovasi yang dibuat oleh teknologi Braille menjadikan waktu yang menyenangkan bagi para pembaca braille,” kata Claire Maxwell, Kepala Pengembang Produk untuk Braille di The Royal National Institute of Blind People
Perusahaan memamerkan perangkat desktop seberat 2,8 kg ini di Consumer Electronics Show (CES) di Las Vegas, minggu lalu. Alat baca bagi penyandang tuna netra ini diharapkan mulai dijual akhir tahun ini, dengan harga setara laptop spesifikasi tinggi. [BA/HBS]
Sumber: The Star