Telset.id, Jakarta – Sekarang semakin banyak perusahaan yang nyaman dengan komputasi serverless atau komputasi tanpa server. Hal ini terungkap lewat survei yang dilakukan The New Stack terhadap 608 perusahaan dari berbagai bidang.
Sekadar informasi, komputasi serverless adalah komputasi yang menggunakan cloud sebagai pengganti server. Dalam hal ini, tugas manajemen server termasuk perencanaan komputasinya dikerjakan oleh sistem cloud.
Dilansir Telset.id dari ZDNet, Senin (03/12/2018), survei ini menunjukkan bahwa 50 persen dari para eksekutif IT yang menjadi responden mengaku perusahaan tempat mereka bekerja sudah menjalankan arsitektur komputasi serverless.
Sementara 28 persen eksekutif IT lainnya, baru akan menggunakannya dalam 18 bulan mendatang.
Dalam surveinya, The New Stack juga mengatakan 32 persen responden menyatakan bahwa lebih dari 1/4 beban kerja aplikasi di perusahaan mereka menggunakan arsitektur serverless.
Banyak dari mereka merasa bahwa komputasi serverless dapat dimanfaatkan untuk pengembangan siklus hidup dari software perusahaan, termasuk fleksibilitas skala (48%), kecepatan pengembangan (41%) dan biaya sumber daya (40%). Esensinya adalah kekuatan arsitektur komputasi terletak pada semakin singkatnya waktu pengembangan kode hingga saat kode itu diproduksi.
Sementara untuk vendor cloud yang dipilih, kebanyakan responden merujuk pada Amazon Web Services (AWS) yang unggul dalam bidang serverless mindshare. Berdasarkan layanan yang digunakan, AWS Lambda menguasai dengan 71%, disusul Amazon CloudWatch (61%), dan Azure Functions (43%).
The New Stack juga membeberkan kendala terbesar bagi perusahaan yang menggunakan komputasi serverless. Menurut mereka, kendala terbesar yang ditemui adalah portabilitas (29%), kontrol (27%) dan kinerja aplikasi (24%).
Firma ini mewanti-wanti, bahwa bisa saja perusahaan kehilangan kontrol atau layanan yang digunakan kurang responsif akibat banyaknya klien yang dimiliki vendor komputasi cloud.
Penyebabnya, vendor cloud biasanya akan mengurangi kapasitas server yang tidak sering digunakan. Itu berarti, mereka juga membatasi jumlah sumber daya yang tersedia untuk perusahaan, yang berdampak pada potensi penurunan kinerja dan latency.
Perusahaan juga bisa jadi sulit memantau debugging dan keamanan, karena pada kenyataannya ini merupakan server cloud publik yang tidak bisa dikendalikan penggunanya. (WS/FHP)