Telset.id, Jakarta – Grab mendapat kucuran dana sebesar USD 200 juta atau mencapai Rp 3 triliun dari perusahaan travel asal Amerika Serikat (AS), Booking Holdings Inc.
Sekadar informasi, Booking Holdings merupakan pemilik dari sejumlah layanan pemesanan tiket perjalanan populer, seperti Booking.com, Agoda, Kayak, dan Priceline.com.
Melalui investasi ini, pengguna layanan Booking Holdings dapat memesan tiket perjalanan melalui aplikasi Grab, dan membayarnya menggunakan dompet digital GrabPay.
“Kesepakatan ini akan memungkinkan pengguna untuk memesan layanan terkait perjalanan melalui aplikasi Grab dan membayarnya dengan dompet digital GrabPay,” ujar pihak Booking Holdings dalam pernyataan resminya.
Dilansir Telset.id dari Channel News Asia, Selasa (30/10/2018), investasi Booking Holdings langsung menambah “tabungan” Grab menjadi lebih dari USD 2 miliar atau Rp 30 triliun. Grab menargetkan untuk mendapatkan dana segar sebesar USD 3 miliar atau Rp 45,6 triliun hingga akhir tahun 2018.
Grab sendiri di awal bulan ini telah mendapatkan kucuran dana segar dari Microsoft. Walaupun demikian, Grab merahasiakan jumlah modal yang diterimanya, tanpa mengungkapkan alasannya.
Sebelumnya, CEO dan Co-Founder Grab, Anthony Tan memiliki rencana ambisius untuk memanfaatkan platform guna menghadirkan revolusi ekonomi di delapan negara di Asia Tenggara. Rencana itu mendapat dukungan dari sejumlah pihak, termasuk SoftBank.
Bahkan, kabarnya Softbank siap menyuntikkan dana untuk merealisasikan ambisi Grab senilai USD 500 juta atau Rp 7,6 triliun. Dana tersebut merupakan bagian dari seri pendanaan bernilai US$ 1 miliar atau Rp 15,3 triliun dari SoftBank untuk Grab.
Tak hanya dari SoftBank, Grab juga mendapat suntikan dana dari Toyota senilai US$ 1 miliar atau Rp 15,3 triliun pada awal tahun ini. Grab pun kian leluasa untuk mengejar ambisi perluasan bisnis mereka di Asia Tenggara.
Sementara Booking Holdings, selain melakukan investasi ke Grab, mereka juga menyalurkan kucuran dana ke aplikasi transportasi online dari China, Didi Chuxing sebesar USD 500 juta atau Rp 7,6 triliun pada Juli lalu. (WS/FHP)