Telset.id, Jakarta – E-commerce dituding menjadi salah satu penghambat bagi perkembangan produk lokal. Pasalnya, e-commerce menjadi pintu gerbang arus masuk produk-produk asing dengan harga lebih murah, terutama dari China, sehingga produk buatan lokal menjadi sulit bersaing.
Tapi anggapan tersebut disangkal oleh e-commerce, Blibli. Menurut Senior Marketing Communication & PR Manager Blibli, Lani Rahayu, tudingan e-commerce dapat menghambat produk lokal tidak tepat karena saat ini jumlah transaksi di e-commerce baru mencapai 3 persen dari total keseluruhan transaksi yang ada.
Baca Juga: Selama Piala Dunia 2018, Ini E-commerce yang Mengalami Kenaikan Transaksi
“Banyak yang bilang e-commerce menghambat kemajuan produk lokal, padahal e-commerce baru 3 persen, sehingga masih banyak potensi berkembang untuk produk lokal,” ujar Lani, dalam acara Media Gathering The Big Start Indonesia Season 3 di Jakarta, Kamis (06/09/2018).
Menurut Lani, produk lokal justru masih berpotensi untuk terus berkembang dengan memanfaatkan jalur online seperti e-commerce. Namun itu saja tidak cukup, karena pengusaha lokal juga diharapkan bisa menciptakan produk yang memiliki nilai serta dampak yang dapat meningkatkan kearifan lokal.
Untuk meningkatkan keberadaan produk lokal pada e-commerce, Lani menghimbau supaya UMKM selalu mengembangkan kualitas dan kuantitas produk mereka. Bahkan pihaknya akan terus mendorong keberadaan produk lokal dengan membuka lebar-lebar pintu Galeri Indonesia secara gratis untuk UMKM.
“Jadi dengan mengikuti ajang TBS Idonesia Season 3, UMKM bisa masuk e-commerce gratis. Malah mereka juga akan dibekali ilmu pemasaran e-commerce, pemanfaatan media sosial, pengelolaan keuangan, pajak, hukum hingga HAKI jika lolos ke tahap karantina dengan total hadiah Rp 1,1 miliar,” jelas Lani.
Baca Juga: Asuransi untuk Seller, Strategi Anyar E-commerce
Founder Indhe Bags & Juara ke-4 TBS Indonesia Season 2, Ineu Mardiani mengatakan sebagai pengusaha kreatif di Jakarta, pebisnis harus terus mengembangkan usaha supaya tidak hanya eksis secara nasional, tetapi juga bisa diterima di pasar internasional.
“Bagi saya yang paling penting adalah dua hal, pertama segmen pasar yang jelas. Kedua adalah keunikan produk. Di sini saya belajar banyak mengenai hal baru, termasuk branding marketing, memperluas wawasan dan mengembangkan keterampilan serta kemampuan berbisnis terutama menuangkan cerita dan identitas bangsa yang unik dalam produk saya,” pungkas Ineu. (WS/FHP)