Telset.id, Jakarta – Facebook meminta pihak ketiga untuk menyelidiki penyebaran ujaran kebencian terkait etnis Rohingya di Myanmar. Raksasa media sosial ini menunjuk Business for Social Responsibility yang bermarkas di San Francisco, Amerika Serikat.
Seperti diketahui, dalam satu tahun terakhir, Facebook sering mendapat kritik keras karena dianggap tidak sigap dalam mengatasi ujaran kebencian yang menargetkan etnis Rohingya di Myanmar. Seperti dilansir dari Engadget, Jumat (17/08/2018), PBB menduga Facebook telah turut andil dalam konflik tersebut.
Akibatnya, lebih dari 700 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh akibat kekerasan. PBB juga menduga telah terjadi pembantaian etnis Rohingya di negara tersebut.
Baca Juga: PBB: Facebook Sumbang Kekerasan Etnis di Myanmar
Tindakan Facebook ini juga merupakan reaksi lanjutan atas surat terbuka yang dikirimkan para aktivis Myanmar kepada CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Dalam surat yang dikirimkan pada April lalu itu, para aktivis menilai bahwa usaha Facebook mengatasi ujaran kebencian di Myanmar tidak sesuai dengan janji yang diucapkan.
Zuckerberg membalas surat itu, meminta maaf karena tidak sadar mengenai arti penting peran organisasi aktivis Myanmar dalam membantu Facebook memahami konflik yang terjadi. Setelah meminta maaf, ia mengirimkan lima staff khusus ke lokasi.
Baca Juga: Profesor yang Bocorkan Data Facebook Akhirnya Minta Maaf
Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua hari di Myanmar, Facebook membahas isu hak asasi manusia dengan para aktivis. Sejak saat itu, Facebook berupaya keras menghilangkan ujaran kebencian yang berseliweran tak terkontrol di platform mereka.
“Kalau punya lebih dari satu juta pengguna di sebuah negara dan tidak tahu apapun tentangnya, Anda harus melakukan penelitian secara lebih mendasar. Facebook harus ikut menghentikan pertikaian itu,” kata seorang aktivis, Victoire Rio. (SN/FHP)