Telset.id, Jakarta – Peretas melakukan serangan siber dan mencuri data pribadi warga Singapura. Tak tanggung-tanggung, jumlah warga Singapura yang data pribadinya diretas oleh hacker mencapai 1,5 juta orang. Angka itu mencapai seperempat total jumlah penduduk Singapura.
Menurut pejabat setempat, seperti dilaporkan Straits Times, Sabtu (21/7/2018), para peretas masuk ke ruang database kesehatan milik pemerintah. Database klinik yang menjadi target peretas dibobol antara 1 Mei 2015 sampai 4 Juli 2018.
Data yang dicuri oleh para peretas meliputi nama dan alamat pasien. Mereka tidak membawa serta data riwayat medis. Namun, dalam beberapa kasus pencurian, informasi yang digondol oleh para peretas termasuk catatan obat-obatan.
“Mereka tidak mengubah catatan yang ada. Tidak ada pula catatan diagnosa, hasil tes, atau catatan dokter yang mereka curi. Kami pun belum menemukan bukti pelanggaran serupa di sistem pelayanan kesehatan lain,” kata pihak pemerintah Singapura.
Parahnya, data yang berhasil dicuri termasuk milik Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong. Data tersebut berisi informasi tentang obat-obatan yang diberikan oleh dokter kepada Lee sebagai pasien rawat jalan.
Lee memang dilaporkan pernah terekam secara medis dua kali menderita kanker. Informasi menyebut, data Lee memang secara khusus dan telah berulang kali menjadi target pencurian oleh para peretas.
Pemerintah Singapura menyebut serangan siber ini memang secara spesifik menargetkan untuk mencuri data-data Lee. Pihak keamanan Negeri Singa itu menduga serangan ini bukanlah aksi peretasan yang dilakukan grup hacker kriminal biasa. Aksi ini dipercaya disponsori oleh negara tertentu.
“Ini adalah serangan siber yang disengaja, ditargetkan, dan direncanakan dengan baik,” sebut Pemerintah Singapura dalam pernyataan resminya.
PM Lee sendiri sudah memberikan pernyataan lewat postingan Facebook-nya, terkait aksi peretasan ini. Dalam postingan tersebut, Lee mengatakan jika hacker memang sengaja ingin menjadikan dirinya sebagai target, maka mereka pasti akan kecewa.
“Jika benar, mereka tentu akan kecewa. Data medis memang bukan hal yang biasanya saya beritahukan ke orang lain, tapi tidak ada hal penting dalam data kesehatan ini,” tulis PM Lee dalam postingannya itu.
Pemerintah Singapura sudah memastikan tidak ada catatan medis yang diubah atau dihapus, juga tidak ada diagnosa, hasil tes, ataupun catatan dokter yang tercuri dalam serangan hacker yang masih belum diketahui identitasnya itu.
Sementara bagi 1,5 juta pasien yang terkena dampak dari serangan itu, data pribadi yang berhasil dicuri oleh hacker hanyalah nama, alamat, jenis kelamin, suku, tanggal lahir, dan nomor kependudukan, bukan data medis.
Pemerintah setempat sebelumnya telah memperingatkan serangan dunia maya. Namun demikian, sebagian besar serangan bisa digagalkan. Singapura pun mulai meningkatkan keamanan komputer di kementerian-kementerian tertentu. [SN/HBS]
Sumber: Straits Times