Telset.id, Jakarta – Teknologi cetak 3D sepertinya tidak hanya digunakan untuk membuat rumah. Baru-baru ini, para ilmuwan juga telah menciptakan kornea mata manusia dengan memanfaatkan teknologi cetak 3D. Cara tersebut bisa mengatasi kekurangan donor mata dan membantu jutaan orang buta agar mampu melihat.
Sebagai lapisan terluar dari mata manusia, kornea memiliki peranan penting dalam memfokuskan penglihatan. Namun, kornea mata yang tersedia untuk kebutuhan transplantasi masih sangatlah kurang.
Padahal, 10 juta orang di seluruh dunia membutuhkan operasi mata guna mencegah kebutaan kornea akibat penyakit trachoma. Selain itu, hampir lima juta orang menderita kebutaan total karena jaringan kornea rusak akibat luka bakar, abrasi, atau penyakit.
Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Experimental Eye Research menunjukkan bagaimana sel-sel induk dari kornea pedonor sehat dicampur dengan alginat dan kolagen untuk menciptakan solusi yang dapat dicetak, atau disebut Bio-ink.
Menggunakan Bio-printer, Bio-ink berhasil diekstrusi dalam lingkaran konsentris untuk membentuk kornea manusia. Menurut laporan The Verge, waktu pencetakannya tercatat hanya kurang dari 10 menit. Sel-sel induk kemudian terbukti mampu tumbuh.
“Banyak ilmuwan di seluruh dunia telah memburu Bio-ink yang terbukti ideal untuk membuat proses ini menjadi nyata,” kata Che Connon, pimpinan proyek penelitian.
“Gel unik kami kombinasi. Alginat dan kolagen membuat sel-sel induk tetap hidup selagi menghasilkan bahan yang cukup kaku untuk menahan bentuknya, tetapi cukup lunak ditekan keluar dari nosel printer 3D,” imbuh Connon.
Sebelumnya, Connom dan para ilmuwan bekerja menjaga sel-sel hidup selama berminggu-minggu pada suhu di hidrogel yang sama. Sekarang, mereka siap menggunakan Bio-ink yang mengandung sel induk.
“Bio-ink yang mengandung sel induk memungkinkan pengguna untuk mulai mencetak jaringan tanpa harus khawatir menumbuhkan sel secara terpisah. Kami akan terus bekerja untuk mengembangkannya,” kata Connon.
Para ilmuwan mengaku mampu merancang kornea dengan mencocokkan pasien. Awalnya, dimensi dari jaringan diambil dari kornea yang sebenarnya. Dengan memindai mata pasien, mereka dapat menggunakan data untuk mencetak kornea secara cepat sesuai ukuran dan bentuknya.
“Kornea cetak 3D masih harus menjalani pengujian lebih lanjut dan akan membutuhkan beberapa tahun sebelum siap untuk transplantasi. Pendekatan ini memiliki potensi untuk memerangi kekurangan donor kornea di seluruh dunia,” tutup Connon. [SN/IF]