Telset.id, Jakarta – CEO Facebook Mark Zuckerberg meminta maaf kepada Parlemen Eropa di Brussles pada Selasa (22/5/2018) untuk “bahaya” yang disebabkan oleh bocornya data pengguna dan gagalnya Facebook mencegah penyebaran hoax.
Walaupun telah memenuhi undangan Parlemen Eropa, namun Zuckerberg dianggap gagal memberi jawaban memuaskan atas tuduhan menghindari pertanyaan. Mereka juga mengkritik format yang memberi para pemimpin politik parlemen lebih banyak waktu untuk memberikan pidato bertele-tele.
Kesaksian pendiri Facebook ini di Brussels ini adalah pos pemberhentian terakhir dalam tur permintaan maaf terkait skandal Cambridge Analytica. Kasus ini juga yang membuat Zuckerberg diinterogasi selama sepuluh jam oleh Kongres AS pada April lalu dan akan membawanya ke Paris pada Rabu ini.
Dia mengatakan meskipun Facebook telah membawa fitur-fitur baru untuk menghubungkan orang-orang, tapi dalam dua tahun terakhir mereka belum melakukan hal yang cukup untuk mencegah “alat-alat” ini digunakan untuk membahayakan pihak lain.
“Dan itu berlaku untuk berita palsu, campur tangan asing dalam pemilihan atau pengembang menyalahgunakan informasi orang. Kami tidak memiliki pandangan yang cukup luas tentang tanggung jawabnya. Itu kesalahan dan saya minta maaf untuk itu,” kata Zuckerberg, seperti dilansir channelnewsasia.com, Rabu (23/5/2018).
Maret lalu Parlemen Eropa mengundang Zuckerberg setelah Facebook mengakui ada sekitar 87 juta pengguna yang kemungkinan data mereka dibajak oleh perusahaan konsultan Inggris, Cambridge Analytica.
Baca juga: Data 50 Juta Pengguna Facebook untuk Menangkan Trump
Sejak munculnya kasus itu, perusahaan yang bekerja untuk kampanye Presiden AS Donald Trump pada 2016 itu, menyatakan bangkrut.
Awalnya Zuckerberg mencoba mengirim anak buahnya, eksekutif junior Facebook untuk menjawab pertanyaan paremen Uni Eropa. Dia juga semula hanya setuju tanya jawabnya ditayangkan pada Senin, sebelum bersikeras tidak ingin disiarkan secara langsung.
Pada persidangan selama 90 menit tersebut dia tampil tenang dan tidak terganggu. Zuckerberg menyambut aturan perlindungan data pribadi baru Uni Eropa, yang baru mulai berlaku dalam tiga hari, dengan mengatakan bahwa situsnya akan sesuai regulasi tersebut.
Terkait regulasi anyar Uni Eropa, Zuckerberg mengatakan bahwa Facebook sudah memasukkan fitur-fitur baru termasuk tombol hapus history yang memungkinkan mereka untuk menghapus cookie atau rincian riwayat penelusuran yang disimpannya.
Namun dia juga mengakui bahwa Facebook terlalu lambat untuk mengidentifikasi campur tangan Rusia dalam pemungutan suara presiden AS 2016. Untuk itu Facebook akan bekerjasama dengan pemerintah Eropa untuk pemilihan mendatang.
Menjelang pemilu Prancis tahun lalu Facebook diklaim menemukan dan menurunkan lebih dari 30.000 akun palsu.
Dalam sesi tersebut, beberapa anggota parlemen Eropa merasa tidak senang dengan formatnya karena Zuckerberg hanya menjawab pertanyaan selama 25 menit, separuh waktu yang dibutuhkan para pemimpin politik parlemen untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan mereka yang bertele-tele.
“Format pre-cooked hari ini tidak tepat dan memastikan Zuckerberg dapat menghindari pertanyaan kami,” tukas pemimpin Liberal Parlemen Eropa Guy Verhofstadt dalam tweet sesudah acara itu.
Mantan perdana menteri Belgia itu bertanya kepada Zuckerberg apakah dia ingin diingat sebagai “jenius yang menciptakan monster digital”.
Baca juga: Facebook Belum Hapus Data Pengguna yang Dikloning
Sementara, pimpinan Jerman dari Partai Rakyat Eropa sayap tengah kanan, kelompok terbesar di parlemen, Manfred Weber, mengatakan bahwa CEO Facebook tidak terlalu meyakinkan dan tidak menjawab semua pertanyaan anggota parlemen.
Tetapi Presiden Parlemen Eropa Antonio Tajani, yang mengundang Zuckerberg dan mengatur pertemuan itu, menyatakan acara persidangan tersebut sukses, bahkan jika dia mengatakan permintaan maafnya tidak cukup dan perlu ditindaklanjuti.
Zuckerberg berjanji Facebook akan membuat investasi baru untuk melindungi penggunanya di tengah skandal dan dia berencana untuk merekrut 10.000 karyawan dari Eropa pada akhir tahun ini.
“Saya berharap ini akan berdampak signifikan terhadap profitabilitas kami. Tapi saya ingin menegaskan; menjaga orang-orang tetap aman akan selalu lebih penting daripada memaksimalkan keuntungan kami.” tukas dia.
Mark sendiri dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Prancis, Emmanuel Macron di Paris pada hari ini. [WS/HBS]
Sumber: Channel News Asia